Sabtu, 07 Januari 2017

Kasihan! Ini Yang Bikin Novel Dendam Pada Ahok




Novel Bamukmin kerap bersitegang dengan Ahok. Pernahkah pembaca sadari tiap kali ada Ahok, Novel selalu ada. Di mana ada Ahok di situ ada Novel. Dan pertemuan keduanya selalu tidak akur, saling cakar-cakaran, di mana Novel lebih getol melancarkan jurus cakaran itu.

Saya mencoba menelusuri mengapa Novel begitu ngotot dan dendam dengan Ahok. Apa yang diperlihatkan Novel bukan benci lagi, tapi sudah dendam kesumat tujuh turunan. Mungkin awalnya dari Ahok yang menjadi wakil Gubernur DKI yang waktu itu akan menggantikan Jokowi yang menjabat Presiden. FPI lah yang paling garang menolak Ahok, dengan alasan bukan pemimpin seiman, kafir, haram atau apa pun yang keluar dari mulut mereka.

Mereka yang cuma berani keroyokan akhirnya berdemo beberapa kali hingga akhirnya rusuh dan melukai beberapa aparat yang berjaga. Akibatnya beberapa orang FPI ditahan dan menjalani sidang. Saat sidang, ternyata Shabbudin Anggawi adalah otak rusuh demo FPI yang terbukti menghasut massa FPI dalam demo penolakan Ahok 3 Oktober 2014 lalu. Hakim menganggap Shahabbudin memprovokasi massa FPI dengan kalimat-kalimat kasar, menantang polisi dan mengancam akan membunuh Ahok. Akhirnya dia divonis 7 bulan penjara.

Menariknya, Novel Bamukmin termasuk salah satu yang ditahan dan disidang, juga divonis 7 bulan penjara. Bayangkan betapa gondoknya Novel terhadap Ahok. Capek-capek koar-koar seperti orang kesetanan, buang tenaga bikin rusuh, eh malah dia masuk penjara 7 bulan. Gimana nggak ngamuk tuh Novel?

Begitu divonis 7 bulan penjara, bukannya tobat, malah kembali melontarkan kata-kata yang memojokkan Ahok. Berkoar-koar bilang kalau vonis terhadap dirinya adalah rekayasa dan Ahok adalah gubernur ilegal. Nafsu menjungkalkan Ahok yang sudah di ubun-ubun malah berakhir tragis, dia yang dijebloskan ke penjara. Maksud hati ingin memeluk gajah, apa daya kena injak duluan. Kasihan.

Bisa dibayangkan betapa makin kesalnya dia pada Ahok. Mungkin saat di penjara, dia jadi kayak Iko Uwais di film The Raid 2, menggambar sketsa orang di dinding penjara, lalu membayangkan orang tersebut adalah Ahok, kemudian meninju dinding dan berteriak seperti orang gila.

Kekesalahan makin mendidih ketika Ahok mengancam akan membubarkan FPI. Gimana nggak marah, gara-gara Ahok, Novel dipenjara, eh malah mau bubarkan FPI yang jadi kelompoknya. Sampai-sampai Rizieq pun harus turun tangan dan menantang Ahok, apakah FPI yang bubar atau Ahok yang turun.

FPI juga berduka karena kalah lawan Ahok. Mungkin mereka nangis meratapi kekalahan. Mungkin juga Novel begitu. Untuk menghibur diri, FPI mengangkat gubernur tandingan bernama Fahrurozi Ishaq. Bagi publik, mungkin ini lawakan paling koplak dan mungkin juga satu-satunya di dunia. Tapi bagi mereka, itu adalah obat pereda sakit hati. Di saat hati hancur lihat Ahok jadi Gubernur DKI, setidaknya mereka bisa senyum saat melihat gubernur tandingan miliknya. Kasihan.


Sekarang sang gubernur abal-abal pun hilang entah ke mana. Gagal lagi, gagal lagi. Dendam pun makin membara bagai api merah merekah. Berbagai kesempatan muncul saat Ahok dirumorkan terlibat kasus Transjakarta, RS Sumber Waras, Reklamasi dan lainnya. Mungkin mereka berdoa semoga Ahok gol. Tapi sayang doa mereka nggak ampuh. Mereka mungkin sudah memeras otak hingga otaknya berasap, tapi tetap tak bisa menyingkirkan Ahok. Kasihan.

Kesempatan emas pun muncul ketika Ahok keseleo lidah mengenai surat Al-Maidah. Akhirnya yes, pikir mereka. Ahok pun diganyang hingga 3 kali, lalu jadi tersangka dan disidang. Nafsu mereka menjebloskan Ahok sudah berubah jadi ngidam. Tapi sayang, saksi mereka malah blunder. Gus Joy yang ngaku Advokat padahal bukan, belum lagi Novel yang bekerja di Fitsa Hats.

Saat pembacaan nota keberatan Ahok, Novel kembali melaporkan Ahok. Saking dendamnya, Novel melakukan apa aja untuk menuntut Ahok. Bahkan dengan pedenya minta hakim segera menahan Ahok. Ngidamnya sudah nggak ketulungan. Tapi sayang, dia malah dapat malu karena Fitsa Hats. Dibully rame-rame. Mau taruh di mana mukanya? Makin ngamuk dong.

Gara-gara Ahok meledeknya dengan candaan Fitsa Hats, Novel dibully, ditertawakan, diolok-olok, difitnah bekerja sebagai OB, mengeluh keluarganya malu. Dendamnya makin kuat, apa pun yang terjadi Ahok harus dipenjara. Lagi-lagi dia melaporkan Ahok dalam kasus Fitsa Hats ini.

Tapi dia tidak sadar kesaksiannya mengenai banyaknya laporan penistaan agama dari warga Kepulauan Seribu mulai dicurigai karena mereka mengaku tidak ada melaporkan. Dendam tak tertahankan ingin menjebloskan Ahok, eh jangan pulak nanti dia kembali dipenjara karena kesaksian palsu. Makin dendam kuadrat nanti. Sudahlah Pak Novel, jangan dendam, memaafkan itu lebih baik. Dendam hanya akan melukai diri sendiri, ibarat ingin melempar orang dengan api tapi tangan terbakar duluan. Saya sungguh prihatin.

Maka dari itu mohon maklum kalau Novel seperti sekarang ini, yah namanya juga dendam tak terlampiaskan.

Bagaimana menurut Anda?

Salam Entahlah.



Artikel Terkait


EmoticonEmoticon