Saya baru saja membaca sebuah postingan di Facebook terkait dengan Nurul Fahmi si pembawa bendera bertuliskan kalimta tauhid yang ditangkap oleh pihak kepolisian. Ada sedikit rasa terharu dan simpati kepada dia, namun rasa yang terbesar justru rasa kasihan. Karena keluguan dan kepolosannya, dia sampai tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan bukan sebuah tindakan yang tepat. Berikut postingan tentang dia:
*Copas
HAFIDZ QURAN ITU BERNAMA NURUL FAHMI (PEMUDA YANG DITANGKAP KARENA TULISAN BENDERA TAUHID DI BENDERA INDONESIA)
Sungguh, Allah Tidak Pernah Keliru Menunjuk TentaraNya
Hari ini saya bersama teman saya berkunjung ke rumah orangtua dan istri Bang Nurul Fahmi (NF) untuk sekedar memberi dukungan moril. Masya Allah, betapa saya berkali-kali merinding mendengar cerita sang ibu dan istrinya.
Ya, sebagaimana penuturan kuasa hukum Bang Fahmi, Kamil Pasha, bahwa memang benar bendara merah putih yang bertuliskan kalimat tauhid itu telah dibawanya dalam setiap aksi Bela islam. Dan pada senin (16 Jan) pun bendara ini dia bawa ketika longmarch al-azhar ke mabes polri. Sang Ibu menuturkan bahwa bang fahmi bercerita kalau sepulang longmarch dia merasa ada orang-orang yang memotonya. Tapi dia tak berpikir macam-macam.
Keesokan harinya, mulailah sosmed dihebohkan oleh berita bahwa kapolri akan mengusut pelecehan bendera merah putih yang dituliskan bahasa arab. Bang Fahmi pun kaget. Sebab dia benar-benar baru tahu bahwa ada pasal terkait dengan hal itu. Dia murni melakukan hal itu karena ketidaktahuannya dengan pasal tersebut. Ini jelas wajar, sebab kita bukan pertama kali melihat ada bendera merah putih digambar dan ditulis, bukan? Telah begitu banyak bendera merah putih yang diukirkan gambar dan tulisan oleh berbagai oknum dan itu tidak pernah dipermasalahkan apalagi sampai dipolisikan. Kalau lah memang menulisi bendera adalah bentuk kriminal tentu bang Fahmi bukan orang pertama yang ditangkap. Maka ini jelas sekali ada bentuk ketidakadilan aparat kepolisian terhadap umat islam.
Kemudian Bang Fahmi pun mengabari Ibunya tentang berita tersebut dan menghubungkannya dengan peristiwa sepulang longmarch saat dia merasa ada orang-orang yang memoto dirinya.
Wallahi, pernyataan Ibunya inilah yang membuat saya benar-benar terharu sekaligus merinding, “kamu harus tegar. Kita ada di jalan yang benar. Orang hebat memang harus ada ujiannya. Semangat!” Demikian kata sang Ibu saat mendapati berita pengusutan itu.
Ya Robb…
Pada hari kamis, Bang fahmi mendapat panggilan kerja di sekolah alam sebagai guru tahfidz dan rencananya akan aktif mengajar senin besok. Ba’da itu, Bang Fahmi konsultasi kepada Ust. Munawir terkait berita tersebut. Ust. Munawir pun menyarankan agar dia meminta bantuan kepada LBH Munarman. Bang Fahmi baru berencana akan kesana esok pagi (jumat). Dan kamis sore itu ia memutuskan untuk menginap di rumah kakaknya di Cilandak. Saat itu dia mulai merasa bahwa ada orang-orang yang mengikutinya. Tapi dia tetap tenang.
Dini hari, pukul 01.00 polisi datang menggerebek rumah itu dan menangkap bang Fahmi. Dari penuturan sang Ibu jumlah polisi itu 23 orang. “Mereka menangkap anak saya seperti menangkap seorang gembong narkoba”. Dari Cilandak itu, para polisi pun datang ke kediaman orangtua Bang Fahmi di Tanah 80 untuk mencari barang bukti.
Demikian sampai saat ini Bang Fahmi masih ditahan. Tapi masya Allah betapa indah persaudaraan dalam islam, sang Ibu menuturkan begitu banyak pengacara yang menawarkan bantuan sukarela untuk membebaskan Bang Fahmi. Sekitar 20 orang. Sampai akhirnya dibuatlah sebuah Tim. Doakan ya saudara sekalian, semoga bang Fahmi cepat dibebaskan.
Saat hendak berpamit pulang, sang Ibu mengantar kami menuju kediaman mertua bang Fahmi, tempat sementara dimana Istri dan anak Bang fahmi yang baru lahir tinggal. Ya, 8 Januari lalu, Hafidza Nur Qaila, baru saja dilahirkan. Saat pertama melihatnya, mata saya tertuju pada sebuah Al-Qur’an yang terletak tepat di atas kepala Dede Hafidza. “Biasanya, abinya mengajikan dia setiap pagi sebelum berangkat kerja.” Cerita sang Istri. Mungkin dia melihat kemana arah mata saya memandang. Allah… betapa terharunya saya. Wahai Nak, kamu pasti rindu kan mendengar tilawah abimu? Bersabar sebentar ya sayang, Abimu sedang berjuang melawan ketidakadilan!
Mendengar berbagai tutur kata sang istri tentang suaminya, saya menarik satu kesimpulan. “Wahai Allah, kini saya tahu mengapa Engkau memilihnya!”
Ternyata Bang Fahmi telah merampungkan program tahfidz Qur’an di Masjid Qiblatain, Arab Saudi. Ya, dia seorang hafidz Qur’an. Dadanya penuh dengan ayat-ayat Allah. Pantas, sangat pantas jika dia marah ketika seorang Ahok menghina ayat suciNya. Pantas jika dia kemudian tidak pernah absen sekali pun dalam aksi-aksi Bela islam ini. Karena dia memang mencintai Al-Qur’an. Mencintai Islam. Dia sedang menunjukkan keberpihakannya. Dan Allah menguji cintanya… Apa dia menyerah? Tentu tidak. Saat ditanya kuasa hukumnya apakah dia kapok? Jawabannya, “TIDAK.” Dan dia menghadapi ini semua dengan tenang. Sampai Pak Polisi heran dan berkomentar… “kok tenang banget sih.” Wahai Pak Polisi, bagaimana ia bisa gelisah sementara hatinya penuh dengan Al-Qur’an? Sementara jiwanya sarat dengan cinta pada Allah? Kau mungkin bisa memenjarakan fisiknya, tapi tidak dengan semangatnya! tidak dengan cintanya! Sungguh kasus yang menimpanya justru semakin meningkatkan pendirian kami (umat islam) bahwa kami akan tetap memperjuangkan keadilan. Bahwa keadilan ini adalah HAK kami yang telah kalian rampas dan campakkan!
Jangan takut, wahai umat islam. Ini kutitipkan foto bayi mungil yang tetap bisa tertawa meski ayahnya kini ada dibalik jeruji penjara.
Tolong sebarkan ikhwa fillaah
Sumber: https://www.facebook.com/amar.alaydrus.54/posts/233472357110278
Siapapun yang membaca postingan ini dengan jernih tentu akan membuat kesimpulan bahwa Nurul Fahmi orang yang sangat lugu dan polos. Saking lugu dan polosnya dia sangat mudah diprovokasi untuk ikut aksi yang bertema bela Islam. Ghirah yang luar biasa besar yang terdapat pada diri Nurul Fahmi ternyata tidak diimbangi dengan logika yang kuat.
Logika yang lemah membuat dia tidak bisa membedakan bahwa apa yang dia lakukan ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Mungkin dia membayangkan bahwa apa yang dia lakukan adalah jihad melawan orang kafir dan akan mendapat jaminan surga. Dia tidak sampai memahami bahwa konflik yang terjadi saat ini antara FPI dan Polri adalah konflik biasa dimana FPI sebagai ormas merasa diperlakukan tidak adil oleh Polri. Polri sedang tidak memerangi umat Islam. Polri sedang memerangi ormas yang aksinya memicu kericuhan serta mengancam keutuhan NKRI.
Dia tidak sampai memahami bahwa yang dia bela adalah bagian sangat kecil dari umat Islam di Indonesia. Mayoritas umat Islam justru resah terhadap apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI. Mayoritas umat Islam justru merasa apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI akan mengancam kerukunan antar-agama di Indonesia dan mengancam keutuhan NKRI.
Dia tidak sampai berpikir bahwa banyak para hafidz al-Qur’an bahkan ‘alim yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI. Dengan modal al-Qur’an yang telah dihafalkannya, dia merasa bertanggung jawab untuk membela agama sedemikian rupa mengikuti aksi-aksi Rizieq Syihab dan FPI. Seharusnya kalau dia tidak merasa cukup dengan hanya hafal al-Qur’an, namun juga mau memahami tafsir al-Qur’an, tentu dia tidak akan mudah mengikuti jejak Rizieq Syihab yang menganggap Ahok menistakan agama karena ulama tafsir pun berbeda pendapat tentang tafsir al-Maidah ayat 51.
Dia tidak sampai berpikir bahwa menuliskan tulisan di bendera merah putih adalah melanggar undang-undang. Mungkin dia memang belum paham dengan undang-undang tentang bendera merah putih ini. Mungkin sebaiknya, selain jadi hafizd Qur’an, dia juga harus mempelajari hal-hal yang lain seperti sistem perundang-undangan di Indonesia.
Dia tidak sampai berpikir bahwa dia sendiri lah yang akan menerima resiko akibat perbuatan yang dilakukan. FPI tidak akan membelanya. FPI bahkan menuduh bahwa yang membawa bendera bertuliskan kalimat tauhid adalah penyusup. Sungguh air susu dibalas dengan air tuba. Ketulusannya mengikuti aksi-aksi yang dilakukan FPI justru dibalas dengan cara yang tidak beradab. Keberadaannya justru dianggap FPI sebagai penyusup.
Saya bukanlah orang yang hafal Qur’an. Dia tentu jauh lebih mulia dibanding saya. Saya hanya kasihan melihat orang semulia dia dicampakkan begitu saja oleh FPI setelah dengan setia mengikuti aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI. Mudah-mudahan dari kasus ini bisa dia ambil hikmah bahwa membela Islam dan al-Qur’an bukan dengan jalan seperti itu. Membela Islam dan al-Qur’an adalah dengan cara mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin seperti itu….
*Copas
HAFIDZ QURAN ITU BERNAMA NURUL FAHMI (PEMUDA YANG DITANGKAP KARENA TULISAN BENDERA TAUHID DI BENDERA INDONESIA)
Sungguh, Allah Tidak Pernah Keliru Menunjuk TentaraNya
Hari ini saya bersama teman saya berkunjung ke rumah orangtua dan istri Bang Nurul Fahmi (NF) untuk sekedar memberi dukungan moril. Masya Allah, betapa saya berkali-kali merinding mendengar cerita sang ibu dan istrinya.
Ya, sebagaimana penuturan kuasa hukum Bang Fahmi, Kamil Pasha, bahwa memang benar bendara merah putih yang bertuliskan kalimat tauhid itu telah dibawanya dalam setiap aksi Bela islam. Dan pada senin (16 Jan) pun bendara ini dia bawa ketika longmarch al-azhar ke mabes polri. Sang Ibu menuturkan bahwa bang fahmi bercerita kalau sepulang longmarch dia merasa ada orang-orang yang memotonya. Tapi dia tak berpikir macam-macam.
Keesokan harinya, mulailah sosmed dihebohkan oleh berita bahwa kapolri akan mengusut pelecehan bendera merah putih yang dituliskan bahasa arab. Bang Fahmi pun kaget. Sebab dia benar-benar baru tahu bahwa ada pasal terkait dengan hal itu. Dia murni melakukan hal itu karena ketidaktahuannya dengan pasal tersebut. Ini jelas wajar, sebab kita bukan pertama kali melihat ada bendera merah putih digambar dan ditulis, bukan? Telah begitu banyak bendera merah putih yang diukirkan gambar dan tulisan oleh berbagai oknum dan itu tidak pernah dipermasalahkan apalagi sampai dipolisikan. Kalau lah memang menulisi bendera adalah bentuk kriminal tentu bang Fahmi bukan orang pertama yang ditangkap. Maka ini jelas sekali ada bentuk ketidakadilan aparat kepolisian terhadap umat islam.
Kemudian Bang Fahmi pun mengabari Ibunya tentang berita tersebut dan menghubungkannya dengan peristiwa sepulang longmarch saat dia merasa ada orang-orang yang memoto dirinya.
Wallahi, pernyataan Ibunya inilah yang membuat saya benar-benar terharu sekaligus merinding, “kamu harus tegar. Kita ada di jalan yang benar. Orang hebat memang harus ada ujiannya. Semangat!” Demikian kata sang Ibu saat mendapati berita pengusutan itu.
Ya Robb…
Pada hari kamis, Bang fahmi mendapat panggilan kerja di sekolah alam sebagai guru tahfidz dan rencananya akan aktif mengajar senin besok. Ba’da itu, Bang Fahmi konsultasi kepada Ust. Munawir terkait berita tersebut. Ust. Munawir pun menyarankan agar dia meminta bantuan kepada LBH Munarman. Bang Fahmi baru berencana akan kesana esok pagi (jumat). Dan kamis sore itu ia memutuskan untuk menginap di rumah kakaknya di Cilandak. Saat itu dia mulai merasa bahwa ada orang-orang yang mengikutinya. Tapi dia tetap tenang.
Dini hari, pukul 01.00 polisi datang menggerebek rumah itu dan menangkap bang Fahmi. Dari penuturan sang Ibu jumlah polisi itu 23 orang. “Mereka menangkap anak saya seperti menangkap seorang gembong narkoba”. Dari Cilandak itu, para polisi pun datang ke kediaman orangtua Bang Fahmi di Tanah 80 untuk mencari barang bukti.
Demikian sampai saat ini Bang Fahmi masih ditahan. Tapi masya Allah betapa indah persaudaraan dalam islam, sang Ibu menuturkan begitu banyak pengacara yang menawarkan bantuan sukarela untuk membebaskan Bang Fahmi. Sekitar 20 orang. Sampai akhirnya dibuatlah sebuah Tim. Doakan ya saudara sekalian, semoga bang Fahmi cepat dibebaskan.
Saat hendak berpamit pulang, sang Ibu mengantar kami menuju kediaman mertua bang Fahmi, tempat sementara dimana Istri dan anak Bang fahmi yang baru lahir tinggal. Ya, 8 Januari lalu, Hafidza Nur Qaila, baru saja dilahirkan. Saat pertama melihatnya, mata saya tertuju pada sebuah Al-Qur’an yang terletak tepat di atas kepala Dede Hafidza. “Biasanya, abinya mengajikan dia setiap pagi sebelum berangkat kerja.” Cerita sang Istri. Mungkin dia melihat kemana arah mata saya memandang. Allah… betapa terharunya saya. Wahai Nak, kamu pasti rindu kan mendengar tilawah abimu? Bersabar sebentar ya sayang, Abimu sedang berjuang melawan ketidakadilan!
Mendengar berbagai tutur kata sang istri tentang suaminya, saya menarik satu kesimpulan. “Wahai Allah, kini saya tahu mengapa Engkau memilihnya!”
Ternyata Bang Fahmi telah merampungkan program tahfidz Qur’an di Masjid Qiblatain, Arab Saudi. Ya, dia seorang hafidz Qur’an. Dadanya penuh dengan ayat-ayat Allah. Pantas, sangat pantas jika dia marah ketika seorang Ahok menghina ayat suciNya. Pantas jika dia kemudian tidak pernah absen sekali pun dalam aksi-aksi Bela islam ini. Karena dia memang mencintai Al-Qur’an. Mencintai Islam. Dia sedang menunjukkan keberpihakannya. Dan Allah menguji cintanya… Apa dia menyerah? Tentu tidak. Saat ditanya kuasa hukumnya apakah dia kapok? Jawabannya, “TIDAK.” Dan dia menghadapi ini semua dengan tenang. Sampai Pak Polisi heran dan berkomentar… “kok tenang banget sih.” Wahai Pak Polisi, bagaimana ia bisa gelisah sementara hatinya penuh dengan Al-Qur’an? Sementara jiwanya sarat dengan cinta pada Allah? Kau mungkin bisa memenjarakan fisiknya, tapi tidak dengan semangatnya! tidak dengan cintanya! Sungguh kasus yang menimpanya justru semakin meningkatkan pendirian kami (umat islam) bahwa kami akan tetap memperjuangkan keadilan. Bahwa keadilan ini adalah HAK kami yang telah kalian rampas dan campakkan!
Jangan takut, wahai umat islam. Ini kutitipkan foto bayi mungil yang tetap bisa tertawa meski ayahnya kini ada dibalik jeruji penjara.
Tolong sebarkan ikhwa fillaah
Sumber: https://www.facebook.com/amar.alaydrus.54/posts/233472357110278
Siapapun yang membaca postingan ini dengan jernih tentu akan membuat kesimpulan bahwa Nurul Fahmi orang yang sangat lugu dan polos. Saking lugu dan polosnya dia sangat mudah diprovokasi untuk ikut aksi yang bertema bela Islam. Ghirah yang luar biasa besar yang terdapat pada diri Nurul Fahmi ternyata tidak diimbangi dengan logika yang kuat.
Logika yang lemah membuat dia tidak bisa membedakan bahwa apa yang dia lakukan ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Mungkin dia membayangkan bahwa apa yang dia lakukan adalah jihad melawan orang kafir dan akan mendapat jaminan surga. Dia tidak sampai memahami bahwa konflik yang terjadi saat ini antara FPI dan Polri adalah konflik biasa dimana FPI sebagai ormas merasa diperlakukan tidak adil oleh Polri. Polri sedang tidak memerangi umat Islam. Polri sedang memerangi ormas yang aksinya memicu kericuhan serta mengancam keutuhan NKRI.
Dia tidak sampai memahami bahwa yang dia bela adalah bagian sangat kecil dari umat Islam di Indonesia. Mayoritas umat Islam justru resah terhadap apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI. Mayoritas umat Islam justru merasa apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI akan mengancam kerukunan antar-agama di Indonesia dan mengancam keutuhan NKRI.
Dia tidak sampai berpikir bahwa banyak para hafidz al-Qur’an bahkan ‘alim yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Rizieq Syihab dan FPI. Dengan modal al-Qur’an yang telah dihafalkannya, dia merasa bertanggung jawab untuk membela agama sedemikian rupa mengikuti aksi-aksi Rizieq Syihab dan FPI. Seharusnya kalau dia tidak merasa cukup dengan hanya hafal al-Qur’an, namun juga mau memahami tafsir al-Qur’an, tentu dia tidak akan mudah mengikuti jejak Rizieq Syihab yang menganggap Ahok menistakan agama karena ulama tafsir pun berbeda pendapat tentang tafsir al-Maidah ayat 51.
Dia tidak sampai berpikir bahwa menuliskan tulisan di bendera merah putih adalah melanggar undang-undang. Mungkin dia memang belum paham dengan undang-undang tentang bendera merah putih ini. Mungkin sebaiknya, selain jadi hafizd Qur’an, dia juga harus mempelajari hal-hal yang lain seperti sistem perundang-undangan di Indonesia.
Dia tidak sampai berpikir bahwa dia sendiri lah yang akan menerima resiko akibat perbuatan yang dilakukan. FPI tidak akan membelanya. FPI bahkan menuduh bahwa yang membawa bendera bertuliskan kalimat tauhid adalah penyusup. Sungguh air susu dibalas dengan air tuba. Ketulusannya mengikuti aksi-aksi yang dilakukan FPI justru dibalas dengan cara yang tidak beradab. Keberadaannya justru dianggap FPI sebagai penyusup.
Saya bukanlah orang yang hafal Qur’an. Dia tentu jauh lebih mulia dibanding saya. Saya hanya kasihan melihat orang semulia dia dicampakkan begitu saja oleh FPI setelah dengan setia mengikuti aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI. Mudah-mudahan dari kasus ini bisa dia ambil hikmah bahwa membela Islam dan al-Qur’an bukan dengan jalan seperti itu. Membela Islam dan al-Qur’an adalah dengan cara mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin seperti itu….
EmoticonEmoticon