Sabtu, 21 Januari 2017

AGUS MENDADAK SONGONG!!! Setelah Pasangannya Dipanggil Baru Teriak Politisasi





“Bapak-Ibu jangan pilih tersangka ya,” inilah yang pernah dikatakan oleh Agus saat kampanye. Kita sudah tahu siapa tersangka yang dimaksud dan apa tujuan Agus mengatakan hal tersebut.

Kasus Ahok yang dipaksakan sangat kental muatan politisnya, toh FPI begitu getol menuntut Ahok ditahan dan FPI merupakan pendukung Agus. Tentu saja Agus mengambil kesempatan dengan cara menyerang Ahok melalui status tersangkanya.

Tapi pasti tak disangkanya, malah sekarang pasangan calon wakil gubernurnya yang terancam kasus.

Om Politis Om

Pernahkah Agus berteriak bahkan kasus Ahok merupakan hasil kriminalisasi? Bahkan bila ditanya apa pendapatnya tentang kasus Ahok pasti Agus menjawabnya dengan sumringah, bahwa umat Islam begitu menentang Ahok dan lain sebagainya. Bagaimana pendapatnya tentang kasus yang sekarang menjerat pasangannya?

“Inilah yang sangat saya sayangkan. Rasa-rasanya aroma politiknya terlalu tinggi. Mencari-cari suatu yang tidak ada”

Luar biasa, kasus yang menjerat Sylvi adalah tentang Bansos tahun 2014 dan 2015. Agus dengan gagah berani mengatakan bahwa ini adalah politis, kasus pasangannya sudah pasti politis. Kasus Ahok tidak politis, itu merupakan keinginan umat muslim, jadi jangan pilih tersangka ya…

Entah apa urat malu Agus masih ada atau pikirannya masih mengapung, standar ganda yang dipakainya sungguh kentara. Bukannya menyatakan bahwa akan menjalani kasus ini sesuai prosedur, malah ‘play victim’. Seolah-olah kasus yang menjeratnya merupakan hasil konspirasi tingkat tinggi, padahal kasus Ahoklah yang paling aneh. Teriak politis setelah pihaknya sendiri yang kena, bukankah ini munafik?

Bareskrim Polri menjadwalkan permintaan keterangan terhadap Sylvi dalam kapasitasnya sebagai mantan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta pada Jumat tanggal 20 Januari. Agus mengaku bahwa ia sendiri sudah mengkonfirmasi langsung kepada Slyvi. Dari pembicaran yang dilakukannya, Agus mengatakan bahwa Sylvi membantah tudingan yang diarahkan kepadanya.

Tentu saja membantah, mana pernah ada sekalipun di Indonesia ada penjabat yang pernah mengatakan ‘ya saya korupsi’. Penjabat yang telah masuk penjara pun masih teriak bahwa dirinya tidak bersalah. Bila semua penjabat dipaksa jujur, dijamin semua penjara bakal penuh.


Pemikiran Agus yang Mengapung

“Tidak ada praktik-praktik yang melanggar atau diduga melanggar aturan. Apalagi sampai dikatakan ada penyelewengan anggaran dan sebagainya. Dengan tegas, beliau menyampaikan tidak ada hal itu”

Dari semua yang dikatakan Agus, tentu saja bisa dilihat begitu getolnya Agus melindungi pasangannya. Suka tidak suka wakilnya malah lebih berpotensi untuk menjadi Gubernur dibanding dirinya. Pengalaman Agus di pemerintahan hampir tidak ada. Progam-progam yang ditawarkannya bila tidak mau dikatakan absurd bisa juga dikatakan mengapung. Tidak realistis dan hanya berorientasikan pada bantuan tunai, taktik yang selalu dilakukan papanya.

Slyvi lebih lumayan, beliau tidak teriak-teriak politisasi. “Insya Allah sebagai warga negara baik pasti mengerti betul apa urusan hukum. Saya siap ikuti aturan dan saya sangat kooperatif soal itu.” Bisa dibilang sikap Slyvi lebih jantan dibanding Agus yang merupakan prajurit. Padahal Slyvi itu perempuan lho, tapi tidak seperti Agus yang bahkan takut dengan debat.

Sulit untuk memberikan rasa hormat kepada Agus bila sikapnya terus seperti ini. Progam yang ditawarkannya memiliki rasa Rupiah, cara berbicaranya yang bahkan dapat membuat pendengar mengapung, ‘play victim’ disetiap kesempatan padahal dirinya-lah yang paling tidak difitnah, tidak memiliki kepribadian tersendiri seolah-olah dirinya merupakan SBY yang masih kurus dan ganteng.

Bagaimana mungkin ada orang yang mau memilih orang seperti ini sebagai Gubernur. Bahkan sebagai ketua RW saja masyarakatnya bakal menolak karena bila banjir disuruh mengapung saja.

Ironisnya, pemanggilan Slyvi ini dapat dikatakan sebagai imbas kasus Ahok. Begini penjelasannya, Kapolri pernah mengatakan bahwa kasus calon kepala daerah akan ditunda hingga pemilu selesai agar tidak ada yang memanfaatkan kasus hukum dalam politik. Tapi kasus Ahok menyebabkan Ahok menjadi tersangka atas dorongan massa, membuat kepolisian terpaksa mengusut kasus ini.

Nah, kasus yang menjerat Slyvi seharusnya juga dapat ditunda, tapi karena kasus Ahok sudah disidang, tidak boleh ada keberpihakan polisi. Kasus Slyvi tetap dilanjutkan agar tidak ada yang merasa kok hanya Ahok saja yang diusut kasusnya.

Bisa kita lihat takdir selalu memberikan kejutan-kejutan. Bagi orang baik, kasusnya akan dimudahkan dengan kehadiran Fitsa hats. Apakah Slyvi juga akan mendapat kejutan sebelum pilkada selesai? Tentu saja kita tidak tahu. 


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon