Minggu, 08 Januari 2017

FPI Memprovokasi Lagi!!!


Saya penasaran, mengapa anggota FPI itu seperti orang kesetanan, tidak peduli halang-rintang di depan mata, bahkan mati pun bukan halangan. Anda tahu orang seperti ini hanya kita temukan pada orang yang (dalam arti positif) seluruh ajaran merasuk sampai ke urat nadinya dan juga yang (dalam artian negatif) tidak menggunakan akal sehatnya.

Menurut pengalaman saya, hanya orang yang mengonsumsi minuman keras dan narkoba kadar berlebihlah yang tidak lagi mampu menggunakan akal sehatnya. Otaknya tidak lagi berfungsi dengan baik sekaligus ingin mengonsumsi lebih dan lebih lagi. Tapi tidak mungkin itu terjadi kepada anggota FPI dan pengurusnya, sebab mereka ini menamai diri mereka pembela Islam dengan slogan nahi munkarnya. Ini tidak mungkin kan?

Karena mereka membawa-bawa agama Islam, maka muncul dalam benak saya bahwa mungkin mereka karena begitu mengerti ajaran Islam, menghayati dan menghidupinya sampai ke hembusan nafaslah yang menyemangati mereka. Ini mungkin saja. Orang yang sangat mencintai Allahnya mungkin saja rela menyerahkan dirinya bagi Allahnya, sampai mengorbankan nyawa. Itu sering terjadi di agama mana pun. Tetapi menjadi pertanyaan besar ketika lebih banyak orang Islam yang telah teruji keislamannya sangat mumpuni, diakui di dalam maupun di luar negeri, justru tidak seheboh dan senekat FPI, bahkan jauh dari sikap FPI ini. Bagaimana mungkin totalitas FPI ini melampaui mereka itu? Misalnya, NU, yang telah mengukir sejarah ikut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, tidak menunjukkan semangat seperti semangat FPI ini. Apakah NU dan ormas Islam lainnya lebih rendah penghayatan imannya dari FPI, yang bisa dikatakan belum dewasa dari segi kelahirannya? Ah… Bagaimana mungkin?

Karena begitu penasarannya, saya mencoba menyambangi website online FPI. Lalu saya menemukan tulisan ini. Saya sengaja screenshoot, biar tidak ngeles seperti biasanya kalau sudah dibantah, seperti equil, sari roti, fitsa hats, dll.


Kotak, garis dan nomor menunjukkan sorotan penulis. Gambar diproses melalui convert dari PDF hasil print PDF langsung dari website fpi.co.id

Sorotan saya dalam tulisan ini (sekalipun tulisan lain di situ tidak beda-beda amat pelintirannya):
Mereka masih tetap menggunakan kalimat ‘jangan mau dibohongi surat Al Maidah’ tanpa kata ‘pakai’ dan ditambah hilangnya ayat 51.

Orang Islam mana yang tidak marah mendengar kalau surat dalam Al Quran itu membohongi mereka atau surat itu bohong? Mungkin hanya orang beriman tingkat tinggi saja yang akan tetap bisa bersabar dan duduk tenang.
Mereka menganggap bahwa Ahok bukan Gubernur pilihan rakyat, melainkan pilihan pemerintah Jokowi dan Mendagri.

Dengan bumbu seperti ini, FPI mau menggiring opini publik bahwa Jokowi dan Mendari atau pemerintah berpihak pada Ahok. Siapa rakyat yang pernah menerima bahwa pemerintahnya disinyalir melanggar undang-undang/konstitusi? Dan hanya orang yang mengerti undang-undang saja yang akan memahami pemilihan Ahok menjadi gubernur. Bagi umat Islam yang tidak terlalu paham undang-undang dan konstitusi, pernyataan FPI ini sangat membahayakan. Pernyataan ini bisa menimbulkan rasa tidak percaya kepada pemerintah.

Padahal jabatan gubernur Ahok sah menurut undang-undang dan konstitusi bahwa yang menggantikan gubernur yang menjadi presiden adalah wakilnya. Sementara Jokowi dan Ahok itu dipilih rakyat sebagai gubernur dan wakil gubernur. Maka posisi gubernur itu adalah hak Ahok. Pantas saja sumbu mereka terbakar begitu mudah. Apalagi sumbunya pendek yah kompor meledak.

Mereka mengklaim juga bahwa penolakan kampanye Ahok-Djarot dilakukan oleh warga Jakarta.

Orang Jakarta saja sudah menolak Ahok, maka kamu harus juga ikut menolak Ahok sebagai tanda kepedulianmu kepada sesama warga negara. Siapa yang sumbunya tidak terbakar dengan propaganda seperti ini? Maka dapat dipastikan bahwa hanya orang yang melihat langsung saja yang tidak akan terbakar sumbunya.

Padahal sudah jelas bahwa pihak-pihak yang menolak Ahok itu sebagian besar bukan warga setempat, bahkan bukan warga Jakarta. Dalam peristiwa penolakan kampanye Ahok terakhir, seorang yang mengaku ketua FPI Pasar Minggu, juga tidak diakui sebagai anggota dan pengurus FPI agar menguatkan pernyataan mereka bahwa yang menolak Ahok adalah warga Jakarta. Hahaha… Jadi lucu. Tapi jadi kelucuan yang memilukan.
Mereka mengklaim bahwa massa yang menolak Ahok pada aksi 212 lalu adalah warga Jakarta.

Semangat siapa tidak terbakar ketika mendengar saudara seimannya mayoritas menolak Ahok? Mungkin hanya orang yang sungguh-sungguh mampu mengontrol emosi religius saja yang tidak terpengaruh.

Padahal sudah jelas banyak orang yang diberitakan datang dari Jawa dan Sumatera. Tetapi FPI tidak peduli itu. Yang terpenting adalah bahwa pembaca atau pendengar melihat kedahsyatan penolakan Ahok ini, maka kamu mestinya juga harus ikut menolak Ahok.
Menurut mereka, jumlah umat Islam yang berkumpul di Monas dan sekitarnya pada aksi 212 lalu itu berjumlah 8 juta orang untuk menuntut Ahok ditangkap.

Bayangkan broh… 8 juta orang berkumpul untuk menuntut Ahok ditangkap. Ini luar biasa. Jika 8 juta umat Islam menuntut Ahok si penghujat agama Islam ditangkap, maka kamu yang tidak ikut itu berarti orang Islam atau tidak? Kamu mungkin akan ragu keislamanmu. Itulah mereka, bermain di angka demi menghipnotis umat Islam lainnya terutama FPI.

Padahal sudah jelas bahwa jumlah 8 juta umat Islam itu tidak mungkin, sebab kapasitas Monas dan seluruh masjid sekitarnya tidak akan sanggup menampungnya. Tapi benar atau tidak 8 juta menjadi tidak penting lagi sebab tujuannya adalah menggiring opini publik bahwa Ahok benar-benar harus ditangkap.

Nah… kalau dalam satu tulisan ini saja kita dapat melihat betapa dahsyatnya provokasi yang diberitakan FPI, apalagi saat-saat kotbah dan pertemuan-pertemuan ditambah ayat-ayat pendukung di selingi takbir serta dua mikrofon di mulut. Ah tidak perlu lagi dipertanyakan kenapa FPI dan anggotanya begitu semangatnya bagaikan kesetanan. Mati pun mereka akan berlomba-lomba….

Kesimpulan saya bahwa semangat mereka muncul karena pembohongan data-data dan fakta-fakta pembesar-pembesar FPI seperti ada dalam tulisan yang sudah saya uraikan di atas. Mereka memelintir fakta demi membakar sumbu-sumbu yang pendek anggota FPI dan pendukungnya. Lalu……..duar…..kompor meledak……

Saya tidak menyangkal bahwa ada kebaikan yang pernah dilakukan FPI, baik di Jakarta maupun di daerah lain. Tetapi dalam kasus Ahok, kebaikan itu menjadi tidak penting lagi, sudah tertutup, bahkan berubah menjadi rasa dendam dan kebencian berlebihan, yang menurut saya seolah melebih tanggung jawab Allah akan kelangsungan hidup umat-Nya. Mereka memlintir fakta untuk memprovokasi massa. Jadi bukan hanya botol equil, sari roti, metro tivu, fitsa hats saja yang dipelintir, masih banyak….

Semoga saja itu tidak terjadi. Kalau terjadi, lagi-lagi…..awaaaaasssss…..sumbu pendek terbakar….. duaaaar….kompor meledak, habislah kita.

Teriring doa dan salam Indonesiaku




Sumber

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon