Senin, 11 Desember 2017

HEBOH VIRAL!!!! [VIDEO} Ini Alasan Rizieq Shihab Lari Ke Luar Negeri dan Tidak Pulang

Tags






Dalam video yang saya dapatkan dari Youtube berjudul Pengakuan Habib Rizieq Kenapa Tak Pulang, Sampai ditawari 1 T yang diunggah pada 4 Desember 2017 lalu oleh channel Dakwah Media, Rizieq Shihab secara jelas mengutarakan alasan pergi dari Indonesia dan tidak pulang-pulang.

Dalam video tersebut, seorang wanita yang mengaku pelaku aksi 411, 212, 1212, dan 112, barisan emak-emak medsos (BEM) meminta agar Rizieq Shihab cepat pulang untuk kembali memimpin gerakan perubahan di Indonesia. Karena menurutnya semangat Rizieq Shihab adalah pemantik semangat mereka.

Menjawab permintaan itu, Rizieq Shihab menyampaikan alasan kepergian dari Indonesia dan kenapa tidak pulang-pulang.

“Jadi sekali lagi kepada semua bapak dan ibu saya sampaikan. Keluarnya saya dari Indonesia, ini sudah melalui proses perjuangan yang sangat luar biasa. Jadi berbagai macam upaya teror, upaya untuk ee menghalangi dakwah saya, upaya untuk membungkam saya. Dari sebelum 411, itu sudah berlangsung. Dengan tembakan sniper ke kamar tidur saya, kemudian dengan adanya 2 bom mobil yang diledakkan pada saat saya tablikh akbar di Jawa, serangan-serangan bom Molotov juga ke beberapa posko-posko FPI. Bahkan sampai-sampai setiap keluar dari rumah saya selalu pesan saya punya istri ‘saya keluar belum tentu pulang, karena segala sesuatu bisa terjadi di jalan. Dan saya selalu pesan dengan saya punya sopir ‘apa pun yang terjadi di jalan, kalau ada mobil-mobil tidak dikenal, mepet mobil atau apa, kita bertarung dengan mobil tersebut. Dia yang tergelincir atau kita yang terbalik, itu urusan Allah. Yang penting kita tidak boleh menyerah. Dan kalau kita dihadang, sebelum dia turun kita musti turun, sebelum dia nyerang kita yang musti nyerang. Jadi kondisinya sudah seperti situ.

Nah kemudian tidak sampai di situ. Teror ancaman. Kemudian kita punya pesantren juga dikepung, pura-pura latihan brimob. Sampai setiap habis Shalat subuh ini mungkin karena …. Shalat berjamaah yang terdengar dentuman-dentuman senjata di tempat yang sebetulnya, Pak Dede, bukan tempat latihan itu. Jadi memang itu semua teror, semua teror. Saya hadapi itu semua. Dan saya pesan saya punya istri dan anak-anak dari jauh-jauh hari, kalau terjadi sesuatu yang emergency, darurat, saya sudah siapkan paspor saya punya istri, anak, cucu, menantu, saya bilang ‘segera tinggalkan Indonesia. Jangan pikirkan saya. Kalau saya ditangkap di mana saja, jangan mikirin nengokin, besuk, gak usah.’ Jadi urusan besuk memang urusan belakang, yang penting keluarga harus kita selamatkan. Karena kadang-kadang seorang pejuang itu akan menjadi lemah manakala keluarganya disandera. Itu yang tidak boleh lupa. Dan itu saya jaga betul. Tapi memang detik-detik terakhir saya sudah lihat mencium mereka ingin menangkap, maka itu saya segera keluar dari Indonesia.

Sebetulnya sudah beberapa hari mereka ingin menangkap, tapi selalu gagal, tidak jadi, gagal, tidak jadi. Dan saya juga tunggu momentum. Tunggu momentum, kalau momentumnya sudah tepat, kita hanya bicara per detik. Akhirnya Allah bisa menyelamatkan saya untuk keluar.

Sebab begini, Bu. Kalau saya tidak keluar. Saya menyerah kepada situasi dan kondisi yang ada. Saya ditangkap di tarok di Mako Brimob. Kemudian katakanlah 1 minggu tidak boleh ketemu keluarga, 1 minggu tidak boleh ketemu pengacara. Gak, saya yakin mereka tidak berani menganiaya saya. Saya sudah tiga kali dipenjara. Saya tahu betul prosedur penjara itu bagaimana.

Tapi yang jadi persoalan. Kalau saya sudah ditangkap, dikurung di Mako Brimob, kemudian pengacara tidak boleh ketemu, keluarga gak boleh ketemu, 1 minggu ae. Nah setelah itu pihak yang berwenang dari rezim, setiap hari tampil, tv cukup mengatakan, ‘kami sudah perikasa Habib Rizieq. Habib Rizieq dalam keadaan sehat dan Habib Rizieq kooperatif. Habib Rizieq sudah memberi keterangan dan Habib Rizieq sudah mengakui kesalahannya. Dan Habib Rizieq menyesal dan Habib Rizieq sudah minta maaf. Mau bilang apa ibu? Hancur itu semua. Dan saya tidak bisa jawab. Pengacara saya juga nggak bisa jawab, orang saya nggak pernah ketemu. Nah ini bisa terjadi. Itu yang saya tidak mau terjadi. Itu yang saya tidak mau terjadi. Kalau itu terjadi, hancur kita punya perjuangan.

Karena tv mereka yang kuasai, media mereka yang kuasai. Kalau mereka sudah sampaikan begitu, kita tidak punya celah untuk menjawab. Tetapi dengan saya keluar dari Indonesia, saya ada di sini, apa pun pernyataan yang mereka buat, saya bisa bantah, saya bisa lawan, saya bisa klarifikasi, saya bisa clearkan, saya bisa luruskan, sehingga mereka tidak bisa seenaknya untuk menyebar fitnah dan rekayasa.

Jadi artinya, sebelum saya pulang, saya harus pelajari dulu semua, segala kemungkinan. Saya tidak mau pulangnya saya akan menjadi kerugian buat umat Islam. Kalau sayanya yang rugi, saya dipenjara, saya yang dibunuh, bagi saya tidak ada masalah. Tapi saya tidak mau perjuangan umat yang menjadi dirugikan.

Supaya bapak ibu tahu, pasca 212, pasca 212, saya ditawarkan 1T untuk membangun pesantren, kemudian apa namanya membangun pertanian di gunung sana, saya punya tanah di sana ada hampir 50Ha, pesantren, perkebunan. Mereka janjikan 1T, syaratnya satu: Aksi bela Islam jangan dilanjutkan.

Saya tolak. Dan kita tahu … sampaikan kepada saya punya istri. Ini biasanya mereka pake ilmu rangkul, kalau gak merangkul, pukul. Peluk, kalau gak mau peluk, gebuk. Hari ini kita mau dirangkul. Kalau kita tolak sebentar lagi akan datang saatnya kita dipukul dan digebuk. Dan betul. Setelah seminggu kemudian mereka mencoba membujuk lagi tetap kita tolak, seminggu kemudian lagi muncullah kriminalisasi. Mulai dari tuduhan soal Pancasila, soal e sampurasun, soal e Tuhan beranak bidannya siapa, soal jendral berotak hansip, kemudian soal nyerobot tanah, soal adanya lambang palu arit di dalam apa namanya uang, dst. sampai fitnah chat mesum.

Jadi tujuan mereka semuanya adalah character assassination. Mereka ingin hancurkan kepribadian kita, kehormatan kita, supaya umat jauh, umat nggak percaya lagi, supaya perjuangan itu terhenti. Nah.. Kenapa mereka lakukan itu? Mereka berharap saya berhenti berjuang sehingga tidak lagi berupaya untuk menumbangkan si penista agama. Tapi kita nggak peduli. Semua 17 perkara yang dihadapkan kepada saya, saya hadapi ketika itu adapun risikonya. Dan saya pesan kepada kawan-kawan, jangan menghabiskan waktu hanya untuk mengcounter fitnah. Tujuan mereka supaya saya sibuk dengan fitnah. Klarifikasi sana-sini. Tidak fokus untuk menumbangkan si penista agama.


Saya katakan tidak boleh. Strategi yang musti kita mainkan, biarkan mereka sebarkan fitnah, biarkan mereka sebar itu segala rekayasa. Cukup kita jawab satu dua kalimat saja. Sisanya kita fokuskan tenaga kita untuk tumbangkan Ahok di medsos, tumbangkan Ahok di Pilkada, tumbangkan Ahok si penista agama di pengadilan. Kalau ini sudah beres, baru kita lawan semua fitnah. Dan itu yang kita lakukan.

Jadi kita, kita, kita nggak pernah peduli itu dengan isu, terus kita lawan, terus. Karena kalau kita tidak fokus untuk melawan, maka si penista agama bisa lolos dari jeratan hukum. Bahkan jangan-jangan dia bisa menang di pilkada, menang juga di pengadilan, dan itu sangat berbahaya. Tapi memang risikonya sangat sangat berat sekali. Begitu kita lakukan perlawanan, fitnah semakin hebat, fitnah semakin dahsyat, dan kita mencoba untuk bertahan, alhamdulillah dengan pertolongan Allah kita masih bisa bertahan, walaupun terpaksa kita harus segera hijrah dari Indonesia ke mari. Itu yang pertama, ibu.

Yang kedua yang terakhir. Yang perlu saya tekankan, saat itu kondisi tidak kondusif. Andaikata saya pasrahkan diri saya ditangkap, bisa jadi kalau saya pulang tidak tepat waktu nanti terjadi pertumpahan darah. Artinya, di antara kelompok sana yang tetap tidak terima jagonya dikalahkan sedemikian rupa, mereka akan melakukan berbagai macam upaya. Dan pendukung-pendukung 212 juga tidak akan diam. Dan saya pikir, pendukung 212 juga akan punya semangat berjihad. Nah … kalau kita tidak tepat waktu, nanti bisa terjadi bentrok antara dua kelompok anak bangsa ini dan ini bisa mengantarkan kepada pertumpahan darah. Itu juga harus saya pertimbangkan dan harus saya jaga.

Saya ingin berjuang secara konstitusional, tanpa pertumpahan darah. Bukan, bukan kita takut untuk jihad, kita tidak pernah takut untuk jihad, untuk perang, untuk angkat senjata. Kalau salah satu, suatu saat dibutuhkan, kami akan angkat senjata untuk mengobarkan jihad. Tapi kami sudah bertekad selama pintu konstitusional masih terbuka, kenapa harus ada pertumpahan darah. Selama pintu dialog dan musyawarah masih terbuka, kenapa kita harus mengorbankan anak bangsa.

Jadi jangan sekali-kali berpikir menumpahkan darah, memecah belah dari pada persatuan bangsa kita, selama jalan konstitusional masih terbuka lebar, walaupun risikonya saya harus hijrah, saya harus ada di luar negeri. Tapi toh walaupun saya ada di luar negeri, suara saya tetap hadir di Indonesia, gerakan saya tetap hadir di Indonesia, semangat saya tetap hadir di Indonesia. Dan itu akan kita upayakan agar roh 212 tidak padam. Insya Allah.”

Fuihhh…. Susah juga menuliskan perkatan Rizieq Shihab ini. Tetapi tidak apa-apa. Demi keotentikan harus dilakukan, biar tidak seperti Buni Yani.

Ada dua alasan utama Rizieq Shihab pergi dari Indonesia, yaitu merasa terancam dan untuk menyelamatkan diri jerat hukum Indonesia. Jadi jelas bahwa bukan alasan suci yang seperti ini kita dengar dari pengacara pun pada pengikutnya. Atau kalau mau dikatakan secara lebih tegas, Rizieq Shihab melarikan diri ke luar negeri.

Dan ada tiga alasan dia tidak pulang-pulang. Pertama, takut menghadapi hukum Indonesia. Sebab dia berasumsi bahwa kalau pulang ke Indonesia, dia akan ditangkap. Ah penakut juga ternyata.

Kedua, menjaga nama baik dirinya. Meskipun sebenarnya ini hanya khayalan saja. Sebab kepolisian Indonesia menjunjung tinggi hukum Indonesia dan menjalankan tugas sesuai prosedur yang berlaku. Jadi tidak ada alasan Rizieq Shihab menuduh kepolisian untuk membungkamnya melalui media. Kan ini mimpi namanya. Indonesia ini negara hukum, bukan negaranya ISIS.

Ketiga, menghindari pertumpahan darah, karena dia tidak mau diproses hukum. Lagi-lagi Rizieq Shihab dikejar ketakutannya sendiri. Sefanatiknya pendukung Ahok, mereka tidak akan pernah melakukan tindakan anarkis untuk melenyapkan Rizieq Shihab. Lagian, bagi pendukung Ahok, Rizieq Shihab tidak lebih dari seorang tersangka kasus konten pornografi atau sexchat. Tidak lebih tidak kurang. Belum ada track record pendukung Ahok seperti pendukung FPI (bukan pendukung Rizieq Shihab loh yah). Kalau track record pendukung Rizieq Shihab sudah jelas, melakukan persekusi dan pemukulan, main hakim sendiri terhadap siapa yang dianggap tidak sepaham atau menghina.

Sekian dulu yah…. Kita lanjutkan membahas Rizieq Shihab di tulisan selanjutnya.

Salam dari rakyat jelata



Artikel Terkait


EmoticonEmoticon