Senin, 06 November 2017

ANIES MELEMPAR PERMASALAHAN KE WALIKOTA, APAKAH WALIKOTA KE CAMAT, CAMAT KE LURAH, LURAH KE RT, RT KE WARGA?

Tags






Memang seorang pemimpin itu harus memiliki ide-ide yang cemerlang untuk memajukan suatu daerah. Jika seorang pemimpin tidak mempunyai ide dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana dia bisa membawa suatu daerah atau organisasi yang dipimpin menjadi lebih maju?

Di dalam perusahaan, kata orang, ada perbedaan istilah antara pemimpin dan bos. Jika pemimpin, dia bersama-sama dengan yang dipimpinnya saling bahu membahu untuk mewujudkan apa yang sudah menjadi visi dan misi serta program-program yang hendak dicapai. Dan masih banyak lagi kata orang-orang mengenai semestinya pemimpin itu seperti apa.

Berbeda dengan bos, menurut orang-orang, bahwa bos cenderung sukanya main perintah saja, tidak mau ikut berpartisipasi apa lagi sampai bahu membahu. Bos itu tinggal tunjuk saja ke anak buahnya untuk mengerjakan setiap idenya. Bahkan ada yang mengibaratkan, jika bos dan anak buah naik mobil bersama, saat mobil macet, anak buah yang disuruh mendorong dan bosnya tetap di dalam mobil tanpa empati, itulah kata orang mengenai bos. Meskipun itu hanya deskripsi tidak resmi, mungkin itu merupakan suatu protes seorang anak buah terhadap bos yang kurang memiliki rasa empati.

Ngomong-ngomong soal pemimpin, saya menjadi teringat dengan Ahok-Djarot. Mereka mendiskripsikan seorang pemimpin daerah itu sebagai pelayan. Itulah yang dimaknai oleh Ahok-Djarot saat menjadi Gubernur dan wakil Gubernur Jakarta.

Jika Ahok-Djarot saat menjadi Gubernur DKI memaknai jabatan mereka sebagai pelayan masyarakat, bagaimanakah dengan Anies? Meskipun kita tidak boleh menyamakan gaya kepemimpinan seseorang, tetapi semestinya gaya yang baik hendaknya bisa di adopsi dari pemimpin sebelumnya tanpa rasa malu-malu, karena itu untuk kepentingan rakyat.

Dalam rapat Arahan, Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI memberikan arahan kepada Wali Kota dan para Pejabat tinggi DKI lainnya. Arahan tersebut mengenai program penataan kampung, dengan bahasa kerennya ingin melakukan urban renewal atau pembaruan kota.

Dalam arahan tersebut Anies mengatakan mengenai rumah lapis, pembebasan lahan-dan lain-lain, tetapi giliran ditanya bagaimana gambaran ide Anies tersebut, justru secara psikologi dia mempermalukan wali kota yang bertanya kepada dia dengan kata "Ya, Bapak cari solusinya, Pak, karena itu Bapak jadi wali kota. Kan, begitu kira-kira, Pak. Kalau enggak, kita diskusi akademik di ruangan ini. Tidak,".

Dari pernyataan tersebut saya secara pribadi menganggap itu menimbulkan makna yang kurang jelas, diantaranya adalah, wali kota tersebut tidak tahu diri karena seharusnya dia sebagai wali kota yang mencari solusi mengenai mekanismenya, tidak selayaknya dia bertanya mengenai gambaran tersebut, pokoknya harus dijalankan saja soal caranya ya cari sendiri.

Saya jadi berfikir, jika Anies melakukan hal itu tanpa memberikan informasi caranya seperti apa membuat rumah lapis, nanti sang wali kota juga mengatakan hal yang sama kepada bawahannya, yaitu camat, dengan berkata” ya kamu sebagai camat itu harus mencari solusi tersebut, karena itulah kamu diangkat menjadi camat”. Setelah itu, karena camat memiliki anak buah yaitu lurah, maka dia bilang sama lurah “ ya kamu sebagai lurah harus cari solusi, karena kamu ada untuk itu”. Lalu lurah melakukan hal yang sama kepada bawahannya yaitu RT. Nah giliran RT yang bingung, dia minta rakyat mencari solusi mengenai permasalahan tersebut.

Saya sebenarnya sangat muak jika harus mengkritisi atau nyinyir mengenai pernyataan atau kebijakan Anies-Sandi. Tetapi mau bagaimana lagi, selalu ada saja bahan yang membuat saya ingin mengkritisi karena hal itu saya anggap konyol. Itu menurut saya, bagaimana menurut anda?




Artikel Terkait


EmoticonEmoticon