Senin, 05 Februari 2018

Banjir Telah Tiba, Anies – Sandi Bagaimana Tanggapan Anda Berdua?

Tags





Jakarta telah kedatangan ‘tamu istimewa’. Namanya banjir. Tamu ini tidak pernah ditunggu apalagi diidamkan oleh siapapun. Inilah tamu yang sangat dibenci seluruh umat manusia di muka bumi ini. Jakarta apalagi, bila ia datang makai akan dikutuki rame-rame. Setekah dia pergi, tak seorangpun merindukannya.

Banjir adalah masalah turun temurun di Jakarta ini. Setiap gubernur – wakil gubernur tentu punya cara tersendiri mengatasi banjir. Ada dengan kerja nyata, mencari penyebabnya sampai ke akar-akarnya lalu memberi solusi bertahap.


Ada juga yang berusaha mengatasi banjir dengan berkata-kata. Merasa diri ‘dewa’ yang dapat memberhentikan hujan dengan berseru penuh semangat supaya tingkap-tingkap langit segera ditutup.

Ada yang secara jujur mengaku tak sanggup mengatasi banjir, dengan cara mengembalikan semuanya ke Sang Khalik pencipta langit dan bumi, pengirim hujan ke bumi ini. Mengatakan dengan gamblang, bahwa anomali cuaca adalah penyebab banjir sampai beberapa tahun ke depan.

Sampai saat ini Bogor masih hujan. Debit air di sungai Ciliwung semakin bertambah tinggi. Banyak laporan warga yang menyatakan kekhawatiran mereka. Kemungkinan banjir akan terus meningkat dalam beberapa jam. Dimana-mana masih turun hujan. Mereka yang tinggal di dataran rendah sudah bersiaga penuh.

Dan Anda tau apa? Sangat tidak mungkin mengundang ribuan pawang hujan untuk menghentikan hujan. Tidak mungkin. Lalu harus bagaimana? Ya pemprov harus segera bekerja keras. Cobalah, hentikan dulu barang sejenak luncuran kata-kata yang kadang tanpa makna. Segera cari solusi dan lakukan yang terbaik dalam mengatasi ancaman banjir. Bersikaplah dewasa.

Sudah saatnya untuk menghentikan kesibukan ‘seremonial’ misalnya memamerkan lipbalm, atau berolahraga goyang pinggug bak penyanyi dangdut. Berhentilah bergaya persis burung bangau centil, kendatipun bangau itu sangat suka bertengger dan pasang gaya di atas air. Hentikan dulu itu semua.

Bukan pula waktunya lagi keranjingan mengkritisi apa yang sudah dibuat oleh pemerintahan sebelumnya dalam mengatasi banjir. Karena tidak ada yang dapat membantah baik dengan kata maupun dengan data kesuksesan serta keseriusan gubernur sebelumnya (baca keras-keras namanya: AHOK) dalam mengatasi banjir. Tidak akan ada.

Tolong diperhatikan serius. Saat ini di beberapa kawasan Jakarta yang memang sudah merupakan langganan banjir seperti di Kampung Melayu, rupanya mulai terkena dampak hujan deras kali ini. Di Bogor turun hujan. Di Puncak turun hujan. Hujan sana hujan sini.

Bahkan lokasi Bendungan Katulampa telah bersiaga I, warga bantaran kali Ciliwung harus benar-benar mewaspadai kemungkinan datangnya banjir yang lebih besar lagi malam ini. Tinggi muka air di Bendungan Katulampa saat ini telah mencapai 240 centimeter (siaga 1).

Banyak daerah di Jakarta harus segera bersiap-siap pula, misalnya bagi mereka yang tinggal di daerah Srengseng Sawah, Rawajati, Kalibata, Pengadegan, Pejaten Timur, Kebon Baru, Bukit Duri, Balekambang, Cililitan, Bidara Cina, Kampung Melayu, dan tempat-tempat lainnya. Ini tidak main-main.

Bukankah tempo hari Anies pernah menilai bahwa usaha Pemerintah Provinsi DKI (Ahok & Djarot) dalam menanggulangi banjir belumlah tepat? Waktu itu Anies jelas mengatakan bahwa konsep horizontal drainase tidak menyelesaikan masalah banjir dengan tuntas tas tas. Anies menawarkan konsep lain. Apa itu? Konsep vertikal drainase! Seperti apa konsep itu? Anda akan segera tau.

Hari ini Jakarta mempertaruhkan keberadaan dirinya di tangan Anies dan Sandi. Biarkan mereka menjawab tantangan alam ini dengan cara tersendiri. Siapa tau dengan cara-cara yang unik dan ajaib. Salah satunya ya itu tadi, vertikal drainase.

Menurut Anies, bahwa banjir tidak cukup dialirkan ke laut seperti konsep horizontal drainase. Menurut dia cara yang tepat adalah dengan gunakan pengelolaan vertikal drainase, yaitu air banjir tetap dimasukan ke dalam bumi. Wow! Luarbiasa. Ini ide berkelas tentunya, kita tunggu implementasinya akan seperti apa. Mudah-mudahan cara ini sudah bisa dilakukan sebelum lima tahun usai.

Bulan Desember yang lalu, masih hangat dalam ingatan kita ketika Sandiaga Uno mengatakan bahwa banjir yang melanda sejumlah tempat di Jakarta saat itu adalah oleh karena hujan yang banyak. Ia lalu menyebutnya sebagai dampak tak terhindarkan dari sebuah anomali cuaca.

Lalu ia mengatakan bahwa anomali cuaca tersebut akan terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Huh! Pernyataan yang sungguh menyebalkan.

Jadi selama beberapa tahun ke depan, sampai habis masa jabatan kalian maka anomali cuacalah yang akan terus disalahkan? Jangan begitu boss. Bukan begitu cara mengatasi masalah banjir.

Pada Bulan Desember 2017 itu, Sandi mengatakan begini, "Ini kejadian yang sangat eu... anomali cuaca ini yang saya selalu sampaikan bahwa sistem iklim cuaca ini sudah sangat dan itu saya sudah baca di bukunya 'Climate of Hope' bahwa climate change ini akan jadi sebuah fenomena yang akan mewarnai kita tahun-tahun ke depan." Inikah jawaban Wakil Gubernur kita yang hebat tersebut? Sungguh mati, malu saya.

Lalu Sandi melempar sebuah prediksi. Begini katanya, “Saya bisa prediksi karena ini sebuah siklus cuaca yang betul-betul luar biasa perubahannya. Jadi, kami ke depannya tidak boleh lagi be as usual, kami harus siapkan rencana aksi, prepare for the worst."Unik. Lucu. Sedikit menggelikkan.

Saya tak sanggup komplain. Hanya bisa terdiam dua ribu bahasa sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi dan berseru kuat-kuat. Oh Tuhan, ujian apa yang Engkau berikan bagi Jakarta ini. Memang sudah saatnya kita harus benar-benar prepare for the worst dengan munculnya kepemimpinan seperti model dua orang itu.


Sambil terus berharap, semoga Jakarta akan segera punya sistem penanggulangan banjir yang baik di tangan Anies dan sandi. Seperti apa yang sudah mereka janjikan.

Dua bulan yang lalu Sandi mengingatkan kita semua, “Kita enggak bisa melawan alam, kualat kalau ngelawan alam. Jangan bilang ini pasti surut, atau banjirnya cuma segini, enggak. Ini adalah fenomena alam. Allah lagi ngirimin hujan. Kalau kita punya sistem yang baik, hujan itu justru harus menjadi berkah bagi kita," Demikian kata Sandi. Ha ha ha….


Saya kok malah tiba-tiba teringat bait sebuah lagu yang syairnya kurang lebih mengatakan begini, “…..Hujan berkat ‘kan tercurah, hidup kembali segar. Di atas bukit dan lurah bunyi derai terdengar. Hujan berkat ‘kan tercurah. Kini kami berseru, B’rilah dengan limpah ruah, agar genap sabdaMu!” Heeem.... Hujan ini memang berkah.

Ketika sudah jadi banjir, maka ia sama sekali tidak lagi membawa berkah. Jakarta tentu menunggu kerja keras dan upaya sungguh-sungguh Anies dan Sandi. Warga yang sementara menunggu ini jelas-jelas sudah merasakan bukti nyata apa yang Ahok - Djarot kerjakan dalam menanggulangi banjir. Ini jangan pernah diabaikan.

Dua bulan lalu sudah ada yang mengirimi ‘pesan cinta’ buat Anies – Sandi. Pesan ini mesti diseriusi, karena isinya pun nggak main-main. Halus tapi tajam. Silakan disimak dan simpulkan sendiri:

**Mas Anies dan Mas Sandi,

Sudah 4 tahun warga Jl Padang, Kampung Baru Ulujami, Jakarta Selatan, terbebas dan luapan Kali Pesanggrahan, SAMPAI HARI INI. Sejak 2013 sampai hari ini kami tidak bersih-bersih rumah yang biasanya harus kami lakukan 3-4 kali dalam satu tahun akibat luapan kali banjir. Enggak peduli hujan deras kayak apa. SAMPAI HARI INI, sebelum Kali Pesanggrahan kembali meluap, menutup jalan dan menggenangi rumah warga.**

Anies sudah menyoroti laporan warga Jalan Padang tersebut. Ia bahkan telah pula menanyakan hal itu kepada bawahannya. Mengapa daerah yang sudah bebas banjir kini terkena banjir lagi?

Tetapi satu hal dia lupa. Seperti apa yang selalu disampaikan Ahok berulang kali, bila atasannya lurus maka bawahannya akan berusaha lurus. Bila pemimpin bekerja, tentu bawahannya tidak berani untuk tidak bekerja. Koreksi diri sendiri juga amat diperlukan.

Jadi sederhananya begini, kalau bawahannya seperti itu ya mbokya pemimpinnya koreksi dirilah. Jangan pakai cermin untuk melihat kesalahan orang lain, tetapi gunakan itu untuk mengoreksi diri sendiri. Kira-kira seperti itu. Tolong perlihatkan keseriusan dalam upaya mengatasi banjir.

Normalisasi sungai di jaman Ahok sangat sering dan menggebu-gebu. Sekarang?

Selokan-selokan di jamannya Ahok selalu dibersihkan secara berkala. Bahkan saya pernah ‘hanya’ kirim sms mengabarkan kalau selokan depan rumah di daerah Kayu Putih benar-benar sudah mampet dan berbau busuk. Besoknya satu lusin pasukan seragam orange muncul dan membereskan apa yang perlu dibereskan. Sekarang masih bisa seperti itu?

Dulu rumah-rumah kumuh pinggir sungai ditata, penghuninya dipindahkan ke tempat yang lebih berkelas dan punya jaminan mutu. Sekarang apa yang sudah dan sedang dilakukan?

Pertaruhan kepemimpinan Anda berdua diuji hari ini. Mestinya, setelah bercuap-cuap dengan kata-kata yang amat manis ketika berkampanye tentang penyelesaian banjir, harus ada pembuktiannya.

Nah, tentu setelah lebih dari 100 hari berkuasa, Anda berdua sudah harus berhasil menjalankan apa yang terlanjur dikumandangkan saat kampanye dan setelah kampanye itu.

Intinya begini deh, jangan biarkan Jakarta ‘tenggelam’ dalam dua kondisi pararel.

Ingatlah, banjir tidak akan surut dengan kata-kata. Tuhan juga tidak akan berhenti ‘mengirimkan’ hujan hanya oleh karena ada yang ngeyel dan ngeles mengatakan bahwa Tuhanlah yang mengirimi hujan itu ke Jakarta tercinta ini. Sama sekali tidak.

Banjir akan surut bila Anda berdua bekerja keras melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu dan penting untuk dilakukan, bukan sebaliknya hanya sibuk berkata-kata mencari pembenaran demi pembenaran. Serius ini, boss. Sangat serius!

Begitulah kura-kura




Artikel Terkait


EmoticonEmoticon