Minggu, 12 Februari 2017

Rezim SBY-Boediono Bukan Hanya Pembohong, Tapi Juga Penipu



"Rezim SBY-Boediono ini bukan hanya bohong, tapi penipu. Bukan diisi kebohongan, tapi penuh dengan penipuan," kata mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier, kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Minggu, 16/1).

Sebagai pengamat sekaligus praktisi ekonomi, Fuad membeberkan penipuan rezim SBY dan Boediono dalam bidang perekonomian.

"Kalau bicara realitas, hidup rakyat makin miskin, semangat bunuh diri di berbagai daerah makin tinggi, rakyat sudah banyak yang frustasi. Ini sangat kasat mata," kata Fuad.

Fuad juga membantah beberapa keberhasilan ekonomi yang selalu diumbar pemerintah SBY-Boediono.

"Pemerintah bilang negara Indonesia masuk dalam urutan 18 ekonomi terkuat di dunia. Tapi kenapa tidak dibicarakan juga dengan angka penduduk yang nomor empat dan sumber daya alam yang melimpah. Harusnya Indonesia masuk di urutan keempat bukan 18. Pemerintah menyebut pendapatan domestik bruto (PDB) bagus tapi kenapa tidak bicara pendapatan nasional bruto (PNB). PDB itu banyak investasi milik asing, bukan milik Indonesia," papar Fuad.

Begitu juga, kata Fuad, klaim pemerintah soal kenaikan ekspor.

"Bicara naiknya ekspor tidak juga disertai dengan menaiknya impor. Ini penipuan juga. Impor sekarang lebih banyak daripada ekspor. Pemerintah bicara inflasi yang mencapai 6,9 persen. Kenapa tidak bicara juga inflasi makanan pokok yang mencapai 25 persen. Ini membuat rakyat tercekik," jelas Fuad.

Begitu juga dengan data statistik yang selama ini dibeberkan pemerintah. Fuad yakin pemerintah telah melakukan penipuan yang tidak bisa ditutup-tutupi.

"Pemerintah bilang angka kemiskinan cuma 31 juta jiwa. Padahal kita lihat rakyat yang menerima beras miskin atau raskin mencapai 70 juta jiwa. Sementara rakyat yang menerima jaminan kesehatan miskin mencapai 76 juta jiwa. Nampak sekali penipuannya" tegas Fuad.

Fuad juga menyoroti masuknya Indonesia ke dalam kelompok negara G-20 yang selalu dibanggakan pemerintah sebagai salah satu indikiasi keberhasilan ekonomi.

"G-20 itu bukan keberhasilan, tapi otomatis karena Indonesia ini negara besar. Jadi bukan karena sukses ekonomi. Banyak negara kecil yang tidak masuk G-20 namun jauh lebih sejahtera. Jadi kalau masuk G-20, jangankan SBY, tukang becak yang jadi presiden pun otomatis masuk," demikian Fuad.[yan]



Sumber

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon