Senin, 06 Februari 2017

Andai AHY Bukan Anak SBY, Akankah Dijadikan Calon Gubernur?



Judul diatas adalah pertanyaan Najwa Shihab pada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara Mata Najwa beberapa waktu lalu dan belum terjawab. Agus yang ditanya malah balik menanyakan pada Najwa apakah dia pantas atau tidak dicalonkan. 

Kemudian terlihat nyata ada nada emosional dan grogi pada putra sulung sang mantan ketika harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Najwa berikut yang memang dikenal tajam. Melihat reaksi ini, sambutan tuan rumah hanya cukup tertawa ketika tamunya mulai panas dan terjebak dalam wawancara tersebut. Publik pun lalu menilai Agus dikerjai oleh Mata Najwa dan meragukan kapasitasnya sebagai calon gubernur. 

Dengan tidak menjawab pertanyaan bahkan mempertanyakan balik kepada si penanya, Agus telah menunjukkan ketidak PeDeannya dan tidak mengerti kemampuan sendiri yang dimiliki sebagai calon gubernur. 

Sebenarnya pertanyaan Najwa tersebut hal lumrah dan ada kemiripan ketika seseorang melamar pekerjaan. Ini yang sering penulis alami ketika melakukan wawancara di Jerman. Hal yang selalu ditanyakan adalah, kenapa kami harus memilih untuk menempatkan Anda di perusahaan atau tempat kerja ini. 

Bukan sebuah pertanyaan jebakan tetapi perusahaan ingin lebih mengetahui kepedean pelamar dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Tentu saja disertai data dan pengalaman yang telah dimiliki dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang diiinginkan. 

Dalam pengakuannya Agus menyatakan bahwa dia hanya mendapatkan 1 hari kesempatan untuk memutuskan maju dan tidaknya sebagai Cagub ketika ditelpon oleh SBY. Oke, dari sini sudah clear bahwa sebelumnya tidak ada niatan dia sedini ini untuk terjun ke dunia politik dan meninggalkan karir di militernya. 

Nah permasalahannya apakah munculnya Agus ini jauh hari sudah dipersiapkan atau memang secara tiba-tiba. Pengakuan berbeda datang dari partai pengusungnya PAN, PPP dan PKB bahwa nama Agus sudah dimunculkan oleh Demokrat 3 minggu sebelum pertemuan di Cikeas. Bahkan Wakil Ketua Umum Demokrat, Syarif Hasan, menyebutkan bahwa nama putra mahkota ini sudah masuk dalam survei sekitar 2 bulan sebelumnya. 

Melihat kronologi tersebut, kemungkinan Agus memang jauh sebelumnya tidak tahu jika akan diajak berembuk untuk dimajukan sebagai Cagub, tetapi dari intern Demokrat sudah ada niatan tersebut. Tentunya hal ini tidak lepas dari peran SBY dan para pendukung setia di partainya yang melakukan lobi pada parpol lain. 

Tentu saja SBY selain memiliki kepentingan untuk mengorbitkan putra mahkota, juga telah memperhitungkan dengan matang langkah ini. Koalisi dengan partai berbasis agama minus PKS yang dijalinnya adalah modal besar untuk mengganjal Ahok sebagai petahana dan lawan terkuat yang berasal dari minoritas. Isu primordial yang masih lekat di sebagian masyarakat Jakarta dijadikan modal untuk melawan Ahok. Ikon perempuan dan warga asli Betawi pada sosok Sylvinia sebagai tambahan bumbu penyedap untuk menarik suara massa. 

Pendekatan dengan ormas agama, pondok pesantren serta ulama begitu intensif dilakukan bahkan hingga ketua MUI pun sempat disambangi. Tentunya ini juga tidak lepas dari peran parpol pendukung yang berbasis agama. 

Kampanye untuk tidak memilih pemimpin kafir walau sebelumnya sudah terdengar dari ormas titik titik, akhirnya menjadi semakin marak dalam ajang Pilkada DKI. Sudah semakin vulgar dikumandangkan dalam kotbah di mesjid maupun ceramah keagamaan dan berbau politik. 

Dalam hal pencalonannya Agus seakan terlihat memang tidak tahu menahu akan sedini ini dimajukan, peran besar ayahanda kemungkinan lebih berpengaruh. Sebagai seorang mantan yang sempat berkuasa 10 tahun di negara ini dan masih merasa berkuasa, ada cita-cita mewariskan pada keturunannya. 

Tidak berbeda seperti karir Ibas di Demokrat. Bila bukan anak SBY akan amat sangat sulit untuk menempati jabatan strategis di parpol tersebut. Masih banyak kader-kader senior dan berpengalaman bisa dilangkahi dengan mudah hingga menduduki jabatan seperti sekarang ini maupun sebelumnya. 

Partai politik yang seakan sebagai “perusahaan” keluarga, dengan tercantumnya nama-nama kerabat dekat yang menjabat, tentunya untuk di masa depan tidak jauh juga ketua umumnya akan jatuh di tangan keluarga. Anas Urbaningrum yang berasal dari luar pun hanya bisa menjabat sebagai ketua umum sekitar 3 tahun dan tersingkir. 

Jadi pertanyaan Najwa Shihab tersebut sebetulnya mudah untuk dijawab. Walau berprestasi di bidang militer tetapi andai AHY adalah anak Ratna Sarumpaet atau Habib Novel bahkan anak Ahmad Dhani sekalipun, dipastikan tidak akan dijadikan Calon Gubernur oleh SBY. 

Salam Anu

Sumber

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon