Fenomena artis menjadi anggota DPR di Indonesia adalah suatu hal yang sudah dianggap lumrah. Biasanya ini terjadi ketika artis-artis tersebut mulai pudar popularitasnya karena tergeser oleh artis pendatang baru yang lebih cantik, tampan, lucu, dan juga bahenol.
Pergeseran karir dari dunia hiburan menuju dunia politik bisa juga diambil karena partai-partai yang mengusung artis melihat bahwa ada “potensi” besar dalam diri artis tersebut. Arti potensi disini adalah suara fans fanatik sang artis yang kemudian akan beralih pilihan politiknya ke partai A tempat si artis bernaung. Bahwa kemudian si artis tersebut ternyata memang bisa memimpin dan jadi politisi yang baik atau bahkan malah terjebak kasus-kasus absurd, bukan jadi masalah yang penting suara fans artis tersebut sudah bisa dikantongi.
Tapi terkadang memang para seleb politik ini masih belum bisa membedakan antara sensasi gosip dan isu politik yang bisa dengan cepat menimbulkan keresahan. Akhirnya banyak tingkah dan kelakuan para seleb politik ini yang bikin kepala penulis pening dan bingung, kok bisa ya mereka kepilih? Beberapa bulan ini setelah kasus Ahok bergulir, para seleb politik yang berasal dari partai lawan Ahok mulai berkicau dan membangun isu-isu absurd. Mulai yang dari sindir tangisan Ahok ala Rachel Maryam hingga yang menurut saya lebih parah adalah komentar Eko Patrio yang bilang bahwa penggerebekan bom Bekasi adalah pengalihan isu Ahok.
Wait what!! Halo bapak-ibu seleb politik sekalian, ibu-bapak ini bukan lagi jadi santapan hiburan dan obrolan gosip kawin cerai artis ala ibu-ibu pas lagi beli sayur. Tapi sekarang ibu-bapak sudah menjadi wakil raykat yang dipilih berdasarkan keinginan rakyat (walaupun saya tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang yang milih ibu-bapak, jujur saya bingung). Ketika ibu-bapak sudah terjun dipolitik maka ketika kalian berbicara dan mengemukakan pendapat yang akan berpengaruh bukan lagi obrolan minggu pagi ibu-ibu RT 3 sehabis senam pagi. Namun bisa juga berpengaruh ke stabilitas politik hingga keamanan.
Mau contoh?, sehabis Rachel Maryam nyinyir ke Ahok di Twitter, maka twitter Rachel langsung ramai oleh bully dan cacian. Bahkan banyak yang membahas kembali penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang pernah dilakukan (walaupun dibantah) Rachel ketika meminta jemputan dari Kedubes RI Paris saat sedang sedang “pergi” bersama keluarga (sengaja saya tulis “pergi” karena hingga sekarang tidak ada penjelasan jelas apakah ini cuma liburan atau tugas negara yang penting).
Mbak Rachel yang cantik dan saya sangat suka aktingnya (ingat akting yah bukan pribadinya), saya yakin Mbak Rachel bermaksud “baik” untuk membantu pasangan Anies-Sandi agar bisa lebih mulus melaju. Namun sayangnya tweet nyinyir ini malah kembali menjadi bumerang politik bagi karir Mbak di DPR. Kejadian ini akan memberikan senjata bagi pihak lawan di pemilu legislatif berikutnya, percayalah Mbak. Lain kali dukunglah pasangan Mbak dengan lebih elegan, jangan zolimi terus orang yang memang sedang dizolimi. Bahaya Mbak bisa kena karma. Lebih baik ikutan turun ke jalan bersama Pak Anies-Sandi sambil makan di warteg (tapi makanannya tetap bawa dari rumah pake rantang ya, takut sakit perut makan jengkol msg).
Nah yang lebih blunder adalah Eko Patrio, sejak ditinggal Akrie dan Parto, Pak Eko memang menjadi pribadi yang sangat serius nampaknya. Saking seriusnya sampai dipanggil polisi gara-gara bilang bom bekasi adalah pengalihan isu Ahok, tapi gak punya buktinya (gila ya, haji Lulung aja ga segitunya loh). Weleh pak Eko, ini bukan acara Ngelaba pak. Kalau bapak lagi standup comedy di KOMPAS TV dengan punchline yang pas mungkin ini akan terdengar seperti lawakan satire politik nan intelek. Nah, kalau ini ternyata memang ada jaringan terornya bahkan barang bukti berupa bom sudah diamankan, apakah akan lucu jika akhirnya bom ini meledak di daerah manapun? Apalagi kalau meledaknya ternyata di kawasan vital ibukota, misalnya DPR gitu? Tidak lucu lagi kan, pak. Sudah tahu kondisi politik Indonesia sedang panas-panasnya bapak malah ikut-ikutan jadi kompor meleduk. Dipanggil polisi kan akhirnya pak.
Sebaiknya bapak cepat-cepat beri klarifikasi. Pernyataan bapak bukan saja bisa menggangu stabilitas politik tapi juga bisa menimbulkan gangguan keamanan, karena akibat bapak bisa terbentuk opini tidak percaya kepada aparat keamanan. Jangan sampai nanti kepolisian yang baru saja dipuji-puji jadi diboikot juga gara-gara pernyataan bapak, bisa berabe pak. Kalau bapak emang ngefans banget sama calon nomor 1 (karena tuntutan partai), bapak seharusnya membantu Pak Agus bukan dengan menjatuhkan lawan yang memang sudah tertatih-tatih sekarang ini. Kan bapak Eko sudah puluhan tahun di dunia hiburan Indonesia, apalagi dari dulu kita tahu bapak Eko sangat pintar menghubungkan politik dan komedi. Nah, mungkin bapak bisa bantu cagub nomor 1 agar lebih pede dan tidak grogi di depan media TV, kita rindu loh ngeliat “lawakan” baru dari cagub nomor 1. Minimal Pak Eko bisa bantu untuk belajar “ngeles”-lah. Hehehe, peace yoo
Oya pesan terakhir, kalau ada partai di pemilu legislatif yang mengusung artis lagi, masyarakat harus lebih waspada ya, biar ga ada kader seleb yang cuma jago akting sama ngelawak doang yang kepilih. Udah dulu ya, gara bapak ibu di atas penyakit nyinyir saya kambuh lagi nih. Harus minum obat dulu, bye.
EmoticonEmoticon