Sabtu, 31 Desember 2016

Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas: Aksi Bela Islam Dinilai Tak Jelas, Buat Apa Diikuti




Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas menilai rencana Aksi Bela Islam jilid III telah mengalami pergeseran, tak sebatas menyerukan tuntutan proses umum untuk penistaan agama yang diduga dilakukan calon gubernur, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Agendanya tidak jelas buat apa diikuti," katanya seusai diskusi Pemilihan Kepala Daerah dalam Genggaman Pemodal di Omah Munir, Kota Batu, hari ini, 22 November 2016.

Mantan pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi ini melihat ada agenda tersembunyi dalam Aksi Bela Islam III yang kabarnya akan dilakukan 25 November atau 2 Desember nanti. Menurut Busyro, aksi itu tak murni untuk membela Islam. Agenda tersembunyi dan diduga ada upaya untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo.

Busyro menyatakan dia tak tahu siapa aktor dan yang mendanai aksi tersebut. Jika ksatria, dia melanjutkan, sampaikan kritik langsung kepada Presiden Jokowi secara terbuka. Dalam iklim demokrasi ada mekanisme untuk menyampaikan baik kritik maupun protes. Busyro juga menyayangkan aksi provokasi yang marak dilakukan di media sosial.

"Telah ada manipulasi, antara di media sosial dan aksi sesungguhnya. Ini (demonstrasi) menggunakan kekuatan rakyat, lho," ucapnya. Busyro lantas meminta warga Muhammadiyah tak mengikuti Aksi Bela Islam III.

Pada Aksi Bela Islam jilid I dan II. PP Muhammadiyah juga melarang warganya ikut aksi terutama membawa bendera dan simbol Muhammadiyah.



HEBOH!!! Lembaga Swissindo Bebaskan Utang Rakyat hingga Rp2 Miliar Per Orang



Sebuah lembaga internasional yang berkedudukan di Cirebon, Jawa Barat, Swissindo World Trust International Orbit, mengklaim memiliki program pembebasan utang rakyat Indonesia hingga Rp2 miliar.

Program itu sebagai bagian dari upaya untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Chairman Swissindo World TrustInternational Orbit Ir Soegihartonotonegoro ST M1 atau akrab dipanggil Mr Sino AS, Swissindo merupakan lembaga yang didirikan oleh 25 negara di dunia. Swissindo terbentuk sejak 1887, kala Indonesia masih dikuasai beberapa kerajaan. Tujuan utamanya adalah menciptakan kondisi dunia yang aman, nyaman, dan sejahtera. Salah satunya lewat pembebasan utang setiap rakyat Indonesia, bahkan warga dunia.

“Tugas saya saat ini adalah membereskan administrasi dunia,” ungkap Sino AS saat ditemui KORAN SINDO di kediamannya di Griya Caraka, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, kemarin. Administrasi yang dimaksudnya di antaranya terkait utang piutang yang rata-rata membelit warga dunia. Karena itu, kata dia, Swissindo dalam hal ini menjadi pihak ketiga yang menghubungkan mereka yang berutang dengan pihak yang diutangi atau bank.

Menurut Sino AS, untuk bisa melepaskan utangnya, setiap orang disyaratkan memiliki sertifikat yang dikeluarkan Swissindo. Bahkan, dalam salah satu sertifikat yang ditunjukkannya kepada KORAN SINDO, tertera penyataan pembebasan utang untuk setiap warga negara, termasuk anggota TNI dan Polri yang distempel lembaga internasional tersebut.

“Sertifikasinya gampang kok, tinggal lihat website/ Facebook kami, download dan dikopi saja. Intinya, yang bersangkutan cukup menyerahkan KTP sebagai identitas diri dan menyerahkan sertifikasi tersebut ke pada pihak pemilik piutang, yaitu bank, leasing , dan sebagainya,” ucapnya. Dia menambahkan, Swissindo dalam hal ini membatasi jumlah utang pribadi maksimal Rp2 miliar. Dengan kata lain, mereka yang memiliki utang di bawah Rp2 miliar, otomatis tak lagi memiliki utang dengan menyerahkan sertifikasi kepada bank yang diutangi.

“Syarat lainnya adalah yang bisa bebas dari utang hanya mereka yang memiliki utang sebelum 4 Februari 2016. Di luar itu atau setelah 4 Februari hingga kini, utangnya tak bisa dibebaskan,” ujar Sino AS. Sino AS menyebut hingga kini baru enam bank nasional yang bisa menjadi rujukan sertifikasi tersebut, yakni BCA, BRI, BNI, Bank Mandiri, Lippo Bank, dan Bank Danamon. Untuk itu, dia bahkan telah bersepakat dengan Bank Indonesia (BI).

Dia mengklaim, sejauh ini masyarakat di beberapa daerah di Indonesia sudah ramai melakukan pembebasan utang, di antaranya di beberapa kota di Jawa Timur, Serang (Banten), Lampung, Bangka Belitung. Permintaan pelepasan utang tertinggi mencapai Rp13 miliar. “Karena itu, kami meminta pemerintah Indonesia untuk segera mengumumkan soal pembebasan utang ini, sehingga rakyat bisa terbebas dari utang,” tegasnya.

Yang jelas, Sino AS menyatakan bahwa pelepasan beban utang ini bertujuan memerdekakan setiap umat manusia. Apalagi, program ini menjadi bagian dari program besar Swissindo, yakni penyelesaian pembayaran 1-11, yang salah satunya adalah program pembayaran human obligation . “Bagi Swissindo, ketika utang setiap orang dilepaskan, itu berarti setiap orang telah setara dan bernilai sebagai makhluk Tuhan,” katanya.

Sementara itu, anggota Swissindo asal Irlandia yang sedang berkunjung ke Cirebon, Jeseus Chrishna, menambahkan bahwa dunia itu harus aman dan damai. Misi itu yang tengah dilakukan Sino AS melalui Swissindo. “Perdamaian dunia, kebebasan finansial — mengacu pada pelepasan utang, bebas dari perang. Lepas dari utang adalah salah satu cara kita mengkreasikan masa depan kita sendiri,” paparnya.(rai)



Hanya Modal Ganteng Doang AHY Bisa Menangi Pilgub DKI


Bila bicara fakta tentang prestasi-prestasi yang sudah ditelorkan oleh masing-masing 3 Cagub DKI yang akan bertanding nanti tentu dengan mudah kita bisa menjelaskan prestasi-prestasi dari cagub Ahok dan cagub Anies Baswedan yang memang pastinya sudah dirasakan oleh masyarakat banyak.

Akan tetapi untuk Cagub Agus Harimurti Yydhoyono rasanya kok agak sulit ya menjelaskan kepada masyarakat tentang apa-apa Prestasi ataupun Hasil Karya Agus yang sudah /pernah dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat hanya tahu Agus berkarier bagus di TNI AD.

Dengan kondisi seperti itu, memang tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa dari ketiga Cagub DKI yang ada, Agus Yudhoyono itu hanya menang ganteng doang. Hehehehe. Mau apa lagi. Itu memang fakta meskipun sebenarnya tidak sesederhana itu masalahnya.

Selanjutnya misalnya. Sekali lagi nih ini misalnya, Pilgub DKI 2017 nanti akhirnya dimenangkan oleh Agus Yudhoyono yang (katanya) hanya bermodal ganteng doang. Bila itu yang terjadi, relakah anda menerima kemenangan Agus Yudhoyono? Iklaskah anda?

Iklas tidak iklas, kita semua harus menerima kemenangan Agus Yudhoyono di Pilgub DKI 2017 kalau itu memang yang terjadi. Itulah Demokratisasi kita dan itulah pilihan kita semua untuk bangsa ini.

--Mari kita bicara tentang Aceng Fikri dan Donald Trump—

Masih ingat Aceng Fikri Bupati Garut yang kontroversial itu? Beliau adalah mantan bupati Garut yang menceraikan istri muda terbarunya hanya dalam waktu 1 minggu setelah pernikahannya dengan alasan yang sangat sepele.

Aceng Fikripun dibully habis-habisan oleh semua orang yang akhirnya berujung dirinya dilengserkan dari jabatannya oleh DPRD Garut atas rekomendasi Mendagri.

Tapi apa yang terjadi setelah itu. Aceng Fikri tetap Tegar dan Berjaya. Runtuh namanya di birokrasi Pemkab Garut tetapi dengan rasa optimisnya Aceng maju ke pemilihan DPD Jawa Barat. Dan hasilnya, 2 juta orang telah memilihnya menjadi anggota DPD yang terhormat dan berada di level elit politik nasional.

Ada yang salah dengan hal itu? Mengapa warga Jawa Barat kok mau ya memilih (lagi) Aceng Fikri? Apakah mereka kampungan atau kurang pendidikan ?

Jangan begitu. Jangan bertanya begitu. Bukan kapasitas kita untuk menilai mereka dari perspektif kita. Yang jelas mereka yang memilih Aceng Fikri punya alasan tersendiri untuk itu. Ada pertimbangan mereka untuk memilih Aceng. Dan itu Hak Konstitusional mereka yang tidak bisa ganggu gugat oleh siapapun.

Begitu juga dengan Donald Trump yang sangat Norak begitu. Siapa yang tidak kenal Donald Trump yang sering melecehkan wanita, yang sering bersikap Diskriminatif bahkan rasis. Terlalu amat sangat kontroversial sebenarnya “Si Jambul Beo” ini.

Tapi herannya orang Amerika yang terkenal sangat modern dan demokratis kok malah menjadi seperti orang bodoh sehingga mau begitu saja memilih Donald Trump untuk menjadi Presiden Amerika. Kenapa bisa jadi begitu?

Mungkin di mata kita (dalam perspektif kita) orang Jawa Barat dengan orang Amerika itu sama bodohnya di dalam memilih Pemimpin Mereka. Itulah perspektif kita tetapi tidak untuk perspektif mereka.

Dari 2 fenomena itu dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya kita semua tidak akan pernah tahu apa selera dari masing-masing orang. Kita semua tidak akan pernah tahu apa sebenarnya kriteria yang dipakai masyarakat di dalam memilih siapa calon pemimpinnya.

--- Mengapa Agus Yudhoyono Menjadi Begitu Cepat Populer di Mata masyarakat?---

Terus terang saja saya sendiri juga heran dengan Elektabilitas Agus Yudhoyono yang meroket begitu cepat hanya dalam waktu singkat. Fenomena AHY ini memang unik dan jauh berbeda dari Fenomena Jokowi, Fenomena Ahok dan Fenomena SBY.

Jokowi bisa fenomenal karena memiliki prestasi hebat sejak menjadi Walikota Solo dan ditambah kemampuan berkomunikasinya yang sangat brilian. Ahok bisa fenomenal karena keberaniannya melawan Status Quo DPRD DKI. Dan SBY bisa fenomenal karena memiliki banyak hal yaitu dia seorang Jendral, Ganteng, Santun dan beberapa kali jadi menteri.

Ada satu kemiripan antara Agus Yudhoyono dengan SBY dalam popularitasnya. Keduanya sama-sama ganteng dan sama-sama berkarier di militer. Hanya itu yang bisa saya simpulkan kemiripannya. Soal Korelasi antara Dinasti Politik dengan Elektabilitas sebenarnya saya yakin tidak ada. Tidak ada statistic manapun yang bisa menunjukkan adanya korelasi antara Dinasti Politik dengan Elektabilitas.

Megawati memang popular sebagai anak Soekarno. Puan juga demikian, Ibas juga demikian, Boy Sadikin juga demikian. Begitu juga dengan anak-anak tokoh hebat lainnya. Mereka memang popular tetapi tidak (belum tentu sama sekali) bisa memiliki sebuah Elektabilitas.

Tapi mengapa Agus Yudhoyono bisa begitu tinggi Elektabilitasnya? Apa faktornya? Jawabannya memang hanya 2 yaitu : Performa dan Militer.

Karakteristik pemilih di Indonesia sejak zaman kemerdekaan hingga zaman Jokowi memang tidak pernah berubah. Militer adalah Paradigma yang tidak bisa digantikan oleh paradigm manapun. Pemimpin dengan basis militer adalah Pilihan Prioritas dari masyarakat Indonesia. Inilah ciri khas masyarakat Indonesia.

TNI itu identik dengan Pembela Tanah Air. TNI itu identik dengan sifat Ksatria dan Kegagahan. Itulah paradigm yang tetap tertanam di benak mayoritas rakyat Indonesia. Faktanya memang setiap keluarga di Indonesia akan merasa bangga kalau ada anggota keluarganya yang berkarier di militer. Itulah fakta yang sulit dibantah.

Jadi faktor pertama dari AHY sehingga bisa memiliki Elektabilitas tinggi dikarenakan dia berasal dari kalangan militer. AHY satu-satunya Cagub DKI yang berbasis militer sehingga hal itulah yang menjadi Modal Awal dari AHY untuk bertarung di Pilgub DKI.

Selanjutnya poin kedua adalah Ganteng. Ini memang perkara yang sepintas bisa dinilai sangat sepele. Banyak orang yang mencibir ketika “Ganteng” menjadi acuan pemilih untuk memilih pemimpinnya. Hehehehe. Masalah buat elo? Hehehehe.

Sebenarnya masalah “Ganteng” ini bukan hal sepele. Hal (sepele) Ini sebenarnya cukup penting bagi banyak orang. Bukan hanya ibu-ibu saja yang suka orang ganteng. Bapak-bapak dan anak muda pun suka dengan orang ganteng. Tinggal masalahnya bagaimana sebenarnya perangai dan penampilan orang ganteng tersebut. Apakah dia ramah, apakah dia berwibawa, apakah dia cerdas, apakah dia hebat (berprestasi) ataupun lainnya.

Orang ganteng tanpa prestasi, tanpa keramahan, tanpa wibawa tetapi arogan sudah pasti akan Masuk “Tong Sampah”. Tidak akan ada orang yang mau memilih ataupun menyukai seseorang orang yang cuman ganteng doang.

Tetapi untuk orang ganteng yang ramah, yang cerdas (terlihat cerdas), yang (kelihatan) gagah dan tegas, apalagi punya basis militer tentu merupakan sosok yang sangat menarik. Tidak bisa dipungkiri AHY memiliki hal-hal seperti ini.

Masih ingat Pasha Ungu yang menjadi Wakil Walikota Palu? Kira-kira apa modal dia sehingga bisa memenangkan Pilkada tersebut? Secara sepintas hanya ada 2 yang bisa kita simpulkan. Pasha sangat popular sebagai artis. Dan Pasha memang ganteng. Selain dua itu rasanya sulit untuk mencari kelebihan dari seorang Pasha Ungu. Tetapi faktanya dia mampu memenangkan Pilkada dan menjadi seorang Wakil Walikota.

Itulah salah satu karakteristik pemilih di Indonesia. Bukan karena mereka bodoh tetapi karena memang menyukainya calonnya. Kondisi yang sama dengan orang-orang “bodoh” yang membelanjakan puluhan juta rupiah hanya untuk membeli assesories mobil kesayangannya (yang tidak penting itu). Atau orang-orang “bodoh” lainnya yang rela menguras isi tabungannya hanya demi mengejar hobinya. Itulah karakteristik masyarakat yang memang sangat sulit dipahami secara logika.

Ganteng itu memang penting tidak penting sebenarnya. Dan sebenarnya bukan kapasitas kita untuk mengukur penting tidaknya soal “Ganteng” bagi masyarakat pemilih.

Yang kita tahu, semua orang pasti suka pemimpin mereka ganteng. Semua orang akan suka kalau pemimpin mereka enak dilihat penampilannya (Gagah dan Ganteng). Tidak ada orang yang suka kalau punya pemimpin yang berpenampilan kucel atau mirip Pelawak.

Lihatlah Zumi Zola, Gubernur Jambi. Betapa bangganya orang Jambi punya gubernur ganteng seperti Zumi Zola. Ganteng, berprestasi dan komunikatif dengan rakyatnya. Itu yang disukai masyarakat. Tetapi kalau Zumi arogan, tidak punya wawasan atau bermasalah hukum pastilah rakyat Jambi akan melengserkannya.

Om saya yaitu Om Prabowo Subianto (masih saudara jauh wkwkwk) itu orangnya ganteng loh. Dari Militer Pulak. Seorang Jendral pulak. Berandai-andai kalau dia ikut Pilgub DKI 2017, pasti AHY nggak ada apa-apanya. Hehehehe.

Jadi memang begitulah karakteristik masyarakat pemilih kita. Militer dan Ganteng itu modal besar. Tinggal bagaimana selanjutnya modal itu bisa ditambah atau menjadi berkurang karena beberapa hal seperti tidak punya prestasi sama sekali, bersikap arogan, punya kasus hukum dan lainnya.

Membandingkan Fenomena AHY pada Pilgub DKI 2017 tentu lebih cocok bila dibandingkan dengan Fenomena Prabowo Subianto pada Pilpres 2014. Banyak hal yang sama diantara mereka. Ganteng, Militer, Gagah dan Ramah. Kekurangan mereka adalah belum punya track record (prestasi) di birokrasi pemerintahan. Mereka belum bisa menunjukkan kinerja mereka karena mereka harus focus berkarier di Militer. Dan faktanya juga tidak mengecewakan karena keduanya punya prestasi gemilang di karier militernya.

Akhirnya kembali lagi berbicara tentang Pilgub DKI 2017, rasanya memang tidak perlu heran dengan Elektabilitas Agus Yudhoyono yang begitu cepat meroket. Kita semua sudah melihat fenomena yang sama pada Prabowo Subianto yang nyaris mengalahkan Jokowi pada Pilpres 2014.

Pilgub DKI 2017 memang sangat menarik dan sangat sulit memprediksi siapa yang akan menjadi pemenangnya. Ketiga Cagub masing-masing punya kelebihan. Akan terjadi persaingan ketat untuk meraih swing voter yang ada.

Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kejutan-kejutan di dalam kontestasi bergengsi ini. Kita nikmati saja Pesta Demokrasi ini dengan sikap positif dan iklas siapapun yang akan jadi pemenangnya nanti.

Salam.





Fakta Baru Mengejutkan di Balik Kematian 1 Keluarga di Pulomas




Keterangan saksi-saksi:

‘’Yang meninggal 6, lukanya tusukan semua. Saya langsung lemas. Saya lihat anaknya perempuan, Diona ada darah semua, ditelanjangin,’’tutur Gani, Ketua RW yang ikut mendobrak pintu kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter di sebuah rumah mewah di Pulomas, Jakarta Timur.

Gani juga melihat adanya luka tusuk di tubuh korban Doddy. ‘’Kondisinya udah parah, ada luka di sini (kanan dan kiri leher) terus ada juga disini (menunjuk ke arah sebalah dada kanan)’’. tambah Gani, Ketua RW setempat.
‘’Kak Diona dari lantai 2 diseret ke tangga dan dipukul pakai pistol. Dia nangis,’’ucap Windy, salah satu korban selamat. Hal itu juga telah dibenarkan Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan, yang menyatakan ‘’ Diona itu diseret, juga dipukul pakai senpi’’.

‘’Kalau Diona kayak kena pukulan atau bengep. Dia ibarat ngelawan sampai dia meninggal dunia. Saya lihat darahnya kayak sudah lama. Intinya kejam’’ungkap Lufti , salah seorang saksi yang ikut mendobrak pintu kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter tersebut’’.

Analisa:

Jika sebelumnya berdasarkan hasil autopsi disebutkan bahwa tidak ada penganiayaan ataupun kekerasan apapun pada korban, dan darah yang ada pada tubuh korban adalah disebabkan pecahnya pembuluh darah.

Pertama. Pertanyaan besarnya adalah jika hanya disebabkan pembuluh darah saja yang pecah lalu mengeluarkan darah sebagaimana hasil autopsi, mengapa di tubuh korban ada luka tusuk? Tentu ini tidak logis! Menjadi tidak logis karena tidak ada hubungannya antara pecahnya pembuluh darah yang mengeluarkan darah dengan luka tusuk di tubuh korban yang tewas tersebut.

Kedua.Pertanyaan selanjutnya adalah apakah logis hasil autopsi yang menyimpulkan tidak ada bekas penganiayaan atau kekerasan apapun, tetapi ada darah di tubuh Diona...?Tentu Tidaklah logis hasil autopsi itu.

Ketiga. Pertanyaan selanjutnya adalah jika tidak ada bekas penganiayaan apapun pada korban. Pertanyaannya adalah , Diona yang diseret dari kamarnya yang ada di lantai 2 menuju ke bawah hingga ke kamar mandi, apa itu bukan penganiayaan? Tentu penyeretan korban Diona yang menimbulkan sakit yang luar biasa adalah bagian dari penganiayaan.

Diona yang diseret menuruni anak tangga dari lantai 2 sampai ke bawah, tentu Diona akan mengalami benturan-benturan keras di kepala, tengkorak kepala, telinga, hidung, mulut, tangan , kaki , wajah dan bagian tubuh lainnya, sehingga banyaknya darah yang ditemukan ditubuhnya Diona adalah logis akibat diseret-seret dari lantai 2.

Apalagi jika anak tangga di rumah mewah itu terbuat dari keramik, tentu amat sangat wajar jika ditemukan banyak darah pada tubuh Diona, karena terjadi benturan yang sangat keras yang dialami tubuh Diona. Nah, yang menjadi pertanyaan mendasarnya adalah mengapa hasil autopsi menyimpulkan tidak ada penganiayaan atau kekerasan apapun?

Terlebih lagi dua saksi Gani dan Lufti serta Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan juga menerangkan bahwa selain diseret, korban Diona juga dipukul pakai pistol, tentu ini bentuk penganiayaan. Sehingga patut dipertanyakan hasil autopsi tersebut.

Keempat. Dan kondisi korban Diona yang ditemukan tewas dalam keadaan tidak memakai baju juga perlu didalami oleh penyidik, karena logikanya , bagaimana bisa Diona yang sudah merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat diseret-seret dari lantai 2 sampai ke kamar mandi bisa membuka sendiri bajunya , tentu itu tidak logis. Dan yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, mengapa hanya Diona yang ditemukan sudah dalam keadaan tidak berbaju? Penyelidikan mendalam perlu dilakukan karena CCTV tidak menyorot sampai ke dalam kamar mandi tersebut.

Diona bisa membuka bajunya sendiri adalah tidak logis karena banyaknya darah yang ditemukan pada tubuh Diona tidak memungkinkan Diona untuk membuka bajunya. Sehingga Diona yang ditemukan dalam keadaan tidak menggenakan baju wajib didalami, karena tidak logis jika sudah berdarah-darah bisa membuka bajunya, sedangkan korban yang selamat saja sama sekali tidak membuka bajunya.

Dan jika Komisioner KPAI, Erlinda menyebut bisa saja karena kepanasan jadi korban Diona membuka bajunya, juga tetap tidak logis, karena jika hanya sekedar merasakan kepanasan saja, 10 korban lainnya juga merasakan kepanasan. Dan pertanyaan paling penting adalah "SIAPA YANG MEMBUKA BAJU DIONA? Ini yang perlu didalami mengingat Diona adalah perempuan.

Karena bagaimana logikanya jika Diona sudah lemah ,tidak berdaya, akibat merasakan sakit yang luar biasa akibat diseret-seret oleh salah satu pelaku turun dari lantai 2 hingga ke kamar mandi bisa membuka bajunya sendiri...?tentu gak logis itu!




Novel FPI: Habib Rizieq Akui Isi Ceramah yang Dipolisikan, Tapi..




Jakarta - Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab mengakui kebenaran isi ceramah dalam penggalan video yang dilaporkan tiga pihak ke polisi atas dugaan penistaan agama. Hal tersebut disampaikan salah satu petinggi FPI, Novel Bamukmin.

"Iya, Habib Rizieq mengakui (ceramah tersebut) kok. Ane (saya) juga kalau ceramah kayak gitu," ujar Novel saat dikonfirmasi Liputan6.com melalui sambungan telepon, Sabtu (31/12/2016).

Namun, Novel menolak bila Rizieq dikatakan bersalah. Sebab, menurut dia, ceramah yang diberikan Rizieq berada pada kapasitas yang benar.

"Kan kita ceramahnya di kalangan umat Islam, di kalangan kita sendiri. Enggak masalah dong, bagi kita apa yang kita sampaikan benar, (ceramah) kita tidak keluar jalur (ke agama lain)," jelas Novel.

Rizieq Shihab telah dilaporkan tiga pihak ke Mapolda Metro Jaya atas dugaan menyebarkan kebencian berbau SARA dan penistaan agama. Laporan tersebut dilayangkan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), sekelompok mahasiswa dari Student Peace Institute (SPI), dan Forum Mahasiswa Pemuda Lintas Agama (Rumah Pelita).

Selain Rizieq, akun @sayareya juga ikut dilaporkan. Keduanya diduga melanggar Pasal 156 dan 156a KUHP Jo Pasal 28 ayat 2 Jo Pasal 45 ayat 2 UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Kata Rizieq

Menanggapi pelaporan tersebut, Rizieq Shihab menyebut laporan itu salah alamat. "Saya pikir tiap warga negara boleh-boleh saja melaporkan mana-mana saja yang dianggap melanggar hukum di negeri ini. Menurut saya, sebagai pribadi yang dilaporkan, saya nilai ini laporan salah alamat," kata dia.

Menurut Rizieq Shihab, yang menjadi pokok persoalan terkait laporan itu adalah dogma masing-masing agama. Sebab Islam memiliki doktrin ajaran Tuhan tidak beranak, sementara umat Kristen punya doktrin Trinitas.

"Biarlah umat Kristiani dengan Trinitasnya dan biarlah umat Islam dengan Qul huwallahu ahad-nya," ucap Rizieq.

Dikatakan dia, jika ada orang Islam yang menyampaikan Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan dilaporkan ke polisi, maka akan jadi kelucuan. Sebab, ucap dia, suatu saat para pendeta akan balik dilaporkan umat Islam, karena mereka menyampaikan dogma Tuhan punya anak.

"Dogma tidak masuk ranah pelaporan dan harus dibiarkan berada di masing-masing agama. Itu ranah privasi umat beragama. Yang tidak boleh itu saling menghina antarumar beragama," sebut Habib Rizieq Shihab.

Rizieq mengingatkan pelapor untuk memberikan rekaman yang utuh kepada polisi, bukan penggalannya. Pihak kepolisian juga dimunta lebih berhati-hati dalam menangani laporan-laporan yang berkaitan tentang penistaan agama.

"Karena kalau salah menangani, bukan penegakan hukum, tapi yang terjadi justru keributan dan gejolak," terang dia.




Beredar di Facebook, Protes Pendukung Ahok yang Rumahnya Ditempeli Stiker Agus-Sylvi


Di media sosial Facebook sedang viral tentang adanya pendataan dari pihak kelurahan ke rumah warga, yang berujung pemasangan stiker pasangan cagub-cawagub nomor satu, Agus-Sylvi.

Pemilik akun Facebook Pataresia Tetty menuliskan, dia datangi oleh petugas dari kelurahan yang mengaku hendak mendata. Padahal, sudah pihak kelurahan sudah mendata rumahnya sebulan yang lalu.

"A-ha .. barusan eike didatangi petugas dari kelurahan buat ngedata pemilih paslon buat Pilkada nanti. Padahal sebulan yang lalu gue udah didata dan dapet sticker tanda bahwa gue sudah terdaftar sebagai pemilih resmi. Nah yang barusan dateng dari kelurahan itu ibu-ibu.mencatat jumlah pemilih di keluarga gue. Kebetulan cuma ada 2, yaitu gue dan bokap gue sesuai dengan data yg tercantum di kartu keluarga. Doi catet nama gue dan nama bokap dibalik sticker, lalu setelah bagian belakang sticker yg berisi data nama gue dan nama bokap dilepas, sticker itu ditempel di kaca jendela gue.
Mau tau tu sticker gambar siapa? Ternyata tu sticker gambar paslon no.1. Lalu terjadilah percakapan seperti ini:

Gue : "ishh .. ibu saya mah pilih Ahok, bukan anaknya si pepo yang emaknya galak ini".

Petugas (sambil ketawa): "yahh ini mah saya cuma ngejalanin tugas ajj buat ngedata. Soal nanti itu ibu mau pilih siapa itu mah hak ibu".

Gue : "lha klo ketahuan Bawaslu ini bisa dianggap pelanggaran loh, soalnya ibu udah ngedata warga dengan mencatat nama pemilih di balik sticker paslon 1, seolah-olah warga tsb adalah pendukung paslon yg ini".

Petugas : "Akh gk gitu juga kali bu, orang saya cuma disuruh mencatat nama-nama pemilih nanti ajj koq".

Cerita ini yang ditulis pada 29 Desember 2016 ini sudah menyebar di Facebook.

Tim pemenangan pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Agus Harimurti-Sylviana Murni mengaku tidak mengetahui soal pendataan dan penempelan stiker seperti yang diceritakan oleh akun Pataresia Tetty itu.

Juru Bicara Tim Pemenangan Agus-Sylvi, Rico Rustombi mengatakan, pihaknya akan segera menindaklanjuti informasi itu.

"Kami belum tahu tentang hal itu, tapi kami akan segera cross-check. Tapi kalau data pemilih, ada mekanisme kita dapat informasi berapa jumlah warga pemilih KPUD, itu tim yang cross check," ujar Rico di Kelurahan Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (31/12/2016).

Rico menjelaskan, koordinator wilayah dari tim pemenangan Agus-Sylvi hanya mendata jumlah pemilih yang ada di Jakarta sesuai dengan data daftar pemilih tetap (DPT) yang didapatkan dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta.




Sumber

Press Release PPI Suriah, Sebuah Pesan Penting Untuk Indonesia




https://i0.wp.com/ppidunia.org/wp-content/uploads/2016/12/image1.jpg


https://i2.wp.com/ppidunia.org/wp-content/uploads/2016/12/image2.jpg

Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah telah mengeluarkan Press Realease resmi yang menggambarkan kondisi umum Suriah. Press Release ini selain menggambarkan kondisi umum Suriah sebelum terjadi konflik, juga berisikan sebuah pesan penting bagi kita di Indonesia. Ada 15 poin yang dituliskan, tetapi beberapa poin saja yang menurut saya sangat penting untuk kita sama-sama endapkan.

Pada poin 5, PPI menyatakan bahwa Suriah awalnya adalah negara yang kehidupan beragamanya cukup moderat dan sangat toleran. Tetapi (poin 8) karena adanya konflik yang berkaitan erat dengan berbagai kepentingan politik regional dan global (bukan sektarian), Suriah mengalami konflik berkepanjangan, dimana Provinsi Aleppo yang letaknya sangat strategis dan merupakan kota terbesar kedua setelah ibukota Damaskus terkena imbas konflik paling parah (poin 10).

Dengan apa yang terjadi di Suriah PPI memberikan mengecam keras segala bentuk kekerasan atas nama agama dan segala bentuk aksi yang dapat mengancam kesatuan NKRI atau menggangu keharmonisan bersama (poin 12). PPI juga Menghimbau pemerintah RI untuk mewaspadai WNI yang pernah terlibat konflik Suriah dan melakukan kordinasi dengan Perkumpulan Alumni Syam Indonesia (AL-SYAMI) sebagai wadah resmi alumni PPI Suriah di tanah air (poin 11). Hal ini penting dilakukan supaya kekhawatiran akan ikut tertularnya konflik Suriah di Indonesia bisa dicegah dengan baik.

Kekhawatiran akan WNI yang baru pulang dari Suriah yang dikhawatirkan membawa isu Suriah ke Indonesia sebenarnya sudah diantisipasi oleh Pemerintah yang akan melakukan pendekatan khusus. Hal ini bukan hanya dilakukan kepada WNI yang kembali dari Suriah, melainkan juga WNI yang kembali dari Irak.

“Sejauh ini yang kembali kurang lebih ada 53 dan itu kita lakukan satu pendekatan soft approach ya, pendekatan yang manusiawi, kita mengajak mereka kembali dalam kehidupan yang normal,” kata Menkopolhukam Wiranto di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Rabu (26/10/2016).


PPI juga menghimbau peringatan kepada warga Indonesia yang ingin memberikan bantuan untuk warga Suriah agar disalurkan melalui lembaga resmi yang dikordinasikan dengan perwakilan RI setempat (poin 13). Serta tidak mudah terprovokasi oleh berita yang tidak jelas sumbernya (poin 14). Kedua poin ini menjadi jawaban isu yang terjadi di indonesia belakangan ini. Isu dimana ada dugaan bahwa bantuan dari masyarakat Indonesia diperuntukkan oleh pemberontak, bukan pemerintahan Suriah yang resmi.

Hal ini perlu menjadi sebuah catatan penting bagi kita masyarakat untuk tidak ikut terlibat dalam menyokong konflik yang terjadi di Suriah. Bantuan yang diberikan jika memang terbukti menjadi bantuan kepada pemberontak seperti foto yang beredar, maka kita menjadi pihak yang juga ikut terlibat dalam konflik Suriah. Saya yakin masyarakat yang membantu bukan ingin memperpanjang konflik, malah ingin menolong korban konflik. Itulah mengapa himbauan PPI ini menjadi sangat penting bagi kita.

Kiranya Press Release PPI Suriah ini bisa menolong dan membantu kita untuk bisa melihat secara umum apa yang terjadi di Suriah. Dan informasi ini datang dari mereka yang ada langsung di Suriah dan tentu saja terjamin objektivitasnya. Jangan sampai kita salah mendapatkan informasi yang pada akhirnya membuat kita berpikir dan bertindak yang tidak-tidak.

Saya sendiri ketika membaca Press Release ini semakin menyadari betapa pentingnya kita untuk terus menjaga kesatuan NKRI dan keharmonisan hidup bersama. Suriah yang sebelumnya adalah negara yang moderat dan sangat toleran bisa diobrak abrik karena kepentingan politik regional dan global. Indonesia pun sangat mungkin bisa disuriahkan jika kita tidak waspada akan adanya gerakan kekerasan atas nama agama dan aksi-aksi lainnya.

Karena itu, marilah saat ini kita semua bergandengan tangan dan bersatu. Jangan mau dipropaganda oleh kepentingan politik regional dan global yang akan memecah belah kita. Provinsi Aleppo rusak dan hancur gara-gara kepentingan politik, Indonesia jangan sampai. Satukan hati rapatkan barisan untuk NKRI.

Salam NKRI.





Polri Selidiki Sumbangan Pimpinan GNPF MUI ke Teroris Suriah




Kasus dugaan bantuan pimpinan GNPF MUI ke kelompok teroris Suriah ternyata ditanggapi serius oleh pemerintah. Isu ini awalnya hanya video cuplikan bantuan IHR yang berada di markas teroris, kemudian ditelusuri lebih lanjut oleh arrahmahnews, dilanjutkan oleh Denny Siregar, kemudian beberapa penulis seword.com juga ambil bagian menambahkan opini dan analisisnya.

“Soal bantuan ke Aleppo, sedang diselidiki Cyber Crime, Densus 88 dan BNPT,” ucap Kapolri Tito Karnavian.

Sementara di tempat terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Rikwanto, juga menjelaskan bahwa kasus tersebut masih dalam penyelidikan. Polisi akan memastikan apakah bantuan diberikan kepada pihak yang berhak?

“Hati-hati saja, jangan sampai maksud baik, tapi disalahgunakan pihak lain tak bertanggung jawab. Memberikan bantun itu bagus karena beramal, namun harus dipastikan dulu, apakah itu sudah dipastikan benar. Hati-hati saja, diselidiki dan didalami dana kita untuk membantu orang,” pungkas Rikwanto.

Penyelidikan ini sesuai dengan saran dari artikel saya sebelumnya, juga sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang telah menyumbangkan dananya untuk IHR.

Satu hal yang menurut saya menarik dari kasus ini adalah klarifikasi IHR dan respon Kapolri. Jadi sebelumnya, saat dugaan bantuan disalurkan ke teroris Suriah, IHR sudah mengklarifikasi. Dalam klarifikasi tersebut dinyatakan bahwa IHR memberikan bantuan kepada warga Suriah. Mereka juga menyatakan telah bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang kredibel di Turki, IHH yang telah diakui PBB.

Klarifikasi IHR yang pimpinannya juga merupakan pimpinan GNPF-MUI ini lucunya malah menjadi bumerang. IHH Turki sebelumnya diberitakan menyumbang senjata untuk kelompok pemberontak dan teroris Suriah. IHH Turki juga dikabarkan merekrut warga Albania untuk dijadikan mujahidin, dilatih militer dan dikirim ke Suriah untuk membantu pemberontak. Selengkapnya di: https://seword.com/luar-negeri/klarifikasi-ihr-bukti-keterlibatannya-dengan-isis/

Jadi klarifikasi IHR justru menguatkan dugaan bahwa mereka mendukung teroris dan pemberontak Suriah. Sebelumnya, dugaan Bachtiar Nasir GNPF MUI ini mendukung teroris Suriah karena beberapa faktor. Pertama, mereka dengan jelas mendukung mujahidin melawan rezim. Artinya, mereka tidak mendukung pemerintah Suriah yang sah dan resmi, melainkan mendukung pemberontak yang mereka sebut mujahidin. Silahkan dicek di beberapa banner dukungan dan donasi, hampir semuanya menyertakan cerita yang sama.

Kedua, bendera yang mereka gunakan merupakan bendera pemberontak Suriah, bukan bendera asli (warna merah putih hitam). Dan buruknya KAMMI pernah melakukan aksi solidaritas di Jakarta secara terbuka untuk mendukung pemberontak Suriah yang mereka sebut sebagai mujahidin. 8 Mei 2016.



Polri juga perlu menelusuri KAMMI


KAMMI, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, sudah menjadi rahasia umum kalau organisasi ini merupakan sayap PKS. KAMMI mempertegas bahwa PKS adalah partai kaula muda. KAMMI jugalah yang membuat PKS memiliki kader militan dari kalangan mahasiswa baru.

Saat tulisan ini dimuat, KAMMI sudah menghapus gambar aksi solidaritas mereka. Namun beruntung Google masih belum menghapusnya, sehingga kita bisa melihatnya. Saya sendiri mendapatkannya dari Nafi Muhammad.

Selain aksi solidaritas, KAMMI juga menggalang dana bantuan untuk Suriah. Dan cara mereka menggalang dana pun sama seperti yang dilakukan IHR serta gerombolannya; menyudutkan Bashar Assad Presiden Suriah.

Kesimpulan awal dari ini semua adalah, KAMMI mendukung pemberontak Suriah untuk beperang melawan Presiden Suriah Bashar Assad. Inilah kenapa mereka begitu menyudutkan Bashar Assad. Jadi kalau kemudian mereka diduga mendukung teroris atau pemberontak, itu menjadi sangat masuk akal. Sebab mau disumbangkan ke mana lagi dana tersebut jika tidak untuk mendukung teroris (yang mereka sebut mujahidin) untuk melawan Presiden Suriah?



Dalam garis besar, sebenarnya mereka semua masih dalam satu kelompok yang memiliki kecenderungan sama. IHR dan KAMMI menggalang dana dengan opini rakyat Suriah diserang oleh Bashar Assad, memfitnahnya sebagai rezim pembunuh. Padahal kenyataannya Bahsar Assad adalah Presiden sah Suriah dan sedang berusaha mempertahankan wilayahnya dari pemberontak. IHR mengklarifikasi bekerjasama dengan IHH Turki, kelompok yang sebelumnya diberitakan memberikan dukungan senjata kepada pemberontak Suriah. Pemerintah Suriah kemudian melayangkan protes resmi ke PBB atas tindakan Turki ini. Berita ini ada di koran Turki, yang kemudian diblok oleh Erdogan dan melarang agar pemberitaan tersebut tidak dibahas, lucunya pelarangan ini dinyatakan secara resmi. Sementara kader-kader mereka di Indonesia masih tetap mengelukan Erdogan, sampai ada yang termehek-mehek mau meminjamnya setahun.

Terakhir, ini bukan saya mau menambah-nambahi kerjaan Polri, tapi saya dan seluruh rakyat Indonesia yang waras pasti sepakat bahwa hal ini perlu ditelusuri sebagai bahan kajian pemerintah, untuk mengantisipasi gerakan-gerakan pemberontak atau teroris di Indonesia.

Begitulah kura-kura.





Ternyata MUI Buat Standar Ganda. Fakta Ini Mencengangkan!!!




Ulama adalah panutan. Apa yang diucapkan ulama adalah gambaran dari sebuah kebenaran. Mengapa? Karena ulama adalah “pewaris para nabi”. Kalau setiap yang dikatakan ulama merupakan pegangan untuk umat, maka perkatakan (fatwa) itu hendaknya konsisten. Bagaimana jadinya jika ulama tidak bisa menunjukkan konsistensinya? Umat akan bingung.

Bisa jadi, saya merupakan satu dari banyak lagi umat yang dibingungkan dengan inkonsistensi ulama. Pada satu waktu, ulama anu mengatakan A. Di lain waktu dan kesempatan, juga melihat kondisi terkini, fatwa ulama anu berubah jadi B, beradaptasi dengan kepentingan. Sebagai awam, saya harus berpegang kepada fatwa yang mana? Yang lama atau yang terbaru? Kalau yang terbaru, apakah fatwa punya rentang kadaluarsanya? Ini semakin membingungkan bukan?

Tahun 2012. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa boleh memilih pemimpin dari kalangan non-muslim, jika sudah teruji. Kata ketua MUI saat itu, “Jika memang sudah teruji adil, maka boleh memilih peminpin yang non-muslim.” Fatwa ini jelas, tidak perlu ditafsirkan macam-macam lagi. Apalagi bawa-bawa Al-Maidah ayat 51.

Tahun 2015. MUI memberikan fatwa khusus untuk warga Jakarta bahwa wajib hukumnya memilih pemimpin muslim. Ketua MUI mengatakan bahwa sudah saatnya umat Islam khususnya warga Jakarta menggantikan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang. Ke depan tidak ada lagi Gubernur DKI Jakarta yang non-muslim.

Konsistensi MUI sungguh sangat disesalkan. Mengapa MUI bisa merevisi fatwa seenaknya? Apakah MUI sudah mulai terlibat dengan politik praktis? Rasulullah saw, setahu saya, selalu mengajarkan istiqomah dalam bersikap. Sekali mengatakan A, yah A. Jangan plin-plan atau buat “standar ganda” dalam bersikap.

Jangan buat umat menduga yang tidak-tidak tentang ulama. Umat sangat menghormati ulama. Dan lembaga ulama, kami yakini sebagai sesuatu yang sakral dan punya wibawa yang tinggi. Jangan sampai kesakralan lembaga ini ternoda dan menjadi bahan cibiran umat.

Tahun 2013. MUI pernah mengeluarkan fatwa haram mengadakan kegiatan keagamaan yang menutup jalan dan menganggu ketertiban. Tiga tahun setelahnya, juga masih dalam rangka menyukseskan fatwa tentang “haram memimilih pemimpin non-muslim”, MUI mengeluarkan fatwa yang berseberangan dengan fatwa sebelumnya. MUI mengeluarkan fatwa tentang dibolehkannya shalat jumat di jalan.

Semua gara-gara Ahok! Sepertinya, ini yang menjadi alasan mengapa MUI sedang rajin-rajinnya bersikap “tebang pilih” dalam mengeluarkan statemen. Kalau fatwa MUI dikeluarkan untuk kepentingan umat tentu konsistensi harus dijaga MUI. Tapi, kalau fatwa-fatwa tersebut dikeluarkan demi kepentingan titik-titik, hasilnya kita lihat sendiri. Kredibelitas MUI sebagai lembaga pembuat “fatwa” harus mendapat banyak cibiran dan kecaman dari masyarakat.

Saya yakin MUI takkan pernah peduli dengan suara miring di bawah sana. Itu takkan mempengaruhi lembaganya. Itu takkan membuat MUI dibekukan layaknya PSSI. Tapi bukan itu masalahnya. MUI ini lembaga spiritual. Yang mengurus berbagai hal terkait kemaslahatan umat. Beban morilnya justru lebih berat. Sebab, tanggung jawabnya tidak hanya kepada umat tapi juga nanti di akhirat.


Baru-baru ini. Bendahara MUI, Fahmi Darmawansyah ditangkap KPK dalam operasi tangkap tangan (OTT). Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsudin mengatakan bahwa penetapan tersangka Fahmi terkesan terburu-buru. Oleh karenanya, MUI hendak melakukan tabayyun dalam kasus ini.

Jelas-jelas itu operasi tangkap tangan. Ada barang bukti yang menunjukkan bahwa bendahara MUI ini benar-benar melakukan suap. Mengapa MUI mengatakan ini terburu-buru? Malah hendak melakukan tabayyun atas tindakan kriminal yang sudah terang benderang ini? Apakah MUI takut citranya akan rusak? Apakah MUI mau melindungi tersangka disebabkan ia adalah bendahara MUI?

Yang terbaru juga adalah berkaitan dengan kasus dugaan penistaan agama oleh Habib Rizieq. Apa yang Rizieq sampaikan sudah jelas dan terang benderang menghina agama Kristen. Tapi apa sikap MUI? Ketua MUI mengatakan, “Persisnya belum tahu saya, karena saya belum dengar kasetnya, jadi belum bisa mengatakan. Soal materi ceramahnya itu, akan kita lihat dulu, sebab bisa saja itu kan menjelaskan, bukan menista tapi menjelaskan.”

Apanya yang menjelaskan? Habib Rizieq mengatakan, “Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?” Kalimat seperti itu menjelaskan apa? Apakah Rizieq lebih tahu tentang iman umat Kristiani? Bukankah mereka mereka (MUI, FPI dan yang secingkrangan dengannya) ngamuk saat Ahok cuma mengutip Al-Maidah ayat 51? Rizieq jauh melebihi itu dengan menghina konsep ketuhanan umat Kristen.

Apa yang dijelaskan oleh Rizieq? Penyampaiannya hanya mengundang gelak tawa bukan pemahaman. Tidak ada ilmu yang bisa diperoleh disana, kalau itu dikatakan menjelaskan.

MUI selalu punya sikap yang lembek kepada yang secingkrangan dengan mereka. Tapi untuk Ahok, sikap yang diberikan adalah yang sekeras-kerasnya. Keluarkan fatwa tentang Ahok tanpa tabayyun, padahal tabayyun adalah anjuran agama. Mendesak polisi untuk menahan Ahok. Juga, memastikan ke publik bahwa Ahok pasti dipenjara.

Kata apalagi yang bisa saya pakai selain kata “sableng” untuk menggambarkan lembaga fatwa ini. Keberpihan MUI jelas-jelas terlihat. Tebang pilihnya MUI sudah bisa dipastikan. Standar ganda MUI tak terelakkan lagi.

Pertanyaannya adalah: Apakah MUI masih bisa dijadikan rujukan umat (Islam) dalam menentukan sikap terhadap berbagai macam problematika kehidupan? Soalnya saya ragu.

Saya rasa, begitulah kura-kura.




Sepanjang 2016, Polri Tangani 170 Kasus Terorisme


Terorisme merupakan kejahatan yang menjadi musuh bersama masyarakat internasional. Indonesia sendiri terus bergerak membasmi terorisme baik jaringan dalam negeri maupun terlibat dalam upaya global.

Meski menghadapi berbagai rintangan, namun jaringan terorisme yang ada mulai terkuak satu per satu.

Penelusuran jejak teroris, pengumpulan informasi dan data hingga pemeriksaan ulang informasi terus dilakukan untuk melacak sel-sel jaringan teroris dengan tujuan untuk menghentikan rencana serangan teroris yang dapat mengancam keamanan masyarakat.

Stabilitas negara juga dipertaruhkan jika terorisme terus berakar dalam suatu negara. Aksi-aksi teror berujung pada kekerasan dan korban jiwa menghantui masyarakat yang cinta damai.

Pemerintah Indonesia melalui aparat keamanan terus menelusuri keberadaan teroris untuk melumpuhkan aktivitas mereka.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, pada 2000-2015 sebanyak 996 orang terjaring operasi penegakan hukum oleh Kepolisian RI yang berkaitan dengan terorisme.

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menyatakan sepanjang 2016 Polri menangani 170 kasus terorisme, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 82 kasus.

"Peningkatan ini disebabkan oleh dinamika politik di Suriah dan Irak yang tidak stabil akibat serangan ISIS sehingga mempengaruhi peningkatan kasus terorisme di Indonesia," kata Kapolri Tito Karnavian.

Tiga warga negara Indonesia ditangkap di Suriah pada 5 Desember 2016 karena terindikasi akan bergabung untuk berperang di negara yang tengah berkonflik tersebut.

Sementara itu, sepanjang 2016 sekitar 600 warga negara Indonesia berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok radikal ISIS.

Mengingat krusialnya masalah terorisme ini, aparat keamanan terus bekerja memberantas jaringan terorisme yang berkembang di tengah masyarakat.

Alhasil, aparat keamanan menangkap sejumlah terduga teroris, di antaranya satu terduga teroris di Karanganyar, Jawa Tengah.

Penangkapan terduga teroris berinisial SY alias Abu Izzah dilakukan Sabtu petang (10/12) sekitar pukul 18.15 WIB di daerah Sabrang Kulon Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jateng.

Pada Rabu (21/12), Densus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI mengamankan tujuh terduga teroris di empat daerah yang berbeda. Dari ketujuh orang tersebut, tiga tewas karena melawan petugas Densus.

Para terduga itu ditangkap di lokasi yang berbeda yakni di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Batam dan Tangerang Selatan.

Meski penangkapan demi penangkapan dilakukan, namun jaringan teroris masih menjadi ancaman yang harus ditumpas hingga ke akarnya.

Pendekatan siber Dalam menghadapi ancaman terorisme, Kepolisian RI menggunakan pendekatan siber sebagai salah satu upaya melawan terorisme yang bergerak di dunia maya.

Dalam perwujudannya, perlawanan terhadap terorisme lewat siber termasuk juga melakukan patroli siber dan serangan siber pada hubungan komunikasi dan jaringan terorisme di dunia maya.

"Kita harus menggunakan kemampuan 'cyber counter terrorisme' juga. Jadi melakukan 'cyber patrol' (patroli dunia maya), 'cyber attack' (serangan siber) kepada mereka, termasuk 'cyber surveillance' (pengawasan siber) kepada mereka," kata Kapolri Tito Karnavian.

Patroli siber tersebut dilakukan oleh tim pasukan siber yaitu dengan memantau aktivitas atau pergerakan jaringan terorisme lewat dunia maya. Mereka bekerja tiap hari mengamati situs atau website yang terindikasi terlibat dengan jaringan terorisme.

Dalam memantau laman website, tim tersebut melakukan pelacakan terhadap situs yang menjadi komunikasi para teroris di dunia maya.

Setelah berhasil masuk ke jaringan komunikasi teroris itu, pihak kepolisian kemudian berbaur untuk mengetahui aktivitas mereka.

Pelacakan itu tersebut juga dapat dilakukan terhadap alat pengiriman pesan seperti whatsapp dan instagram.

"Kan teknik-teknik 'cyber patrol' ini juga sama sebenarnya dengan teknik-teknik dalam dunia nyata ada yang menggunakan 'surveillance' (pengawasan) nyata gitu ya diikuti, ada juga kita," ujarnya.

Setelah masuk dalam obrolan komunikasi jaringan teroris itu, Tito mengatakan, pihak kepolisian melakukan penyamaran untuk masuk seolah-seolah menjadi bagian kelompok-kelompok teroris dengan menggunakan berbagai akun termasuk ikut 'chatting' dalam komunitas mereka.

Selain itu, pemerintah juga mewaspadai adanya perekrutan teroris melalui media sosial.

"Memang adanya rekruitmen lewat media sosial namanya 'cyber terorism'. Jadi bergerak di dunia maya. Jadi istilah mereka 'cyber jihad'," tuturnya.

Kapolri menuturkan terorisme yang bergerak di dunia maya itu, melakukan rekruitmen dan pelatihan dalam jaringan.

Para teroris mempelajari cara membuat bom lewat dunia maya. Mereka juga membuat "cyber operation" (operasi lewat dunia maya), yakni mensurvei target dan melakukan pendanaan terorisme dalam jaringan.

"Sebagian besar terdeteksi tapi mereka juga sebagian besar berusaha menghindari deteksi intelijen dengan menggunakan metode-metode termasuk sistem komunikasi mereka," ujarnya.

Kini pemerintah juga mewaspadai munculnya kecenderungan pernikahan sebagai modus perekrutan teroris.

Pihak kepolisian menangkap tiga terduga teroris yaitu Nur Solihin, Agus Supriyadi dan seorang perempuan bernama Dian Yulia Novi.

Terduga teroris di Bekasi merekrut pelaku bom bunuh diri atau "pengantin" dengan menikahinya terlebih dahulu.

Dian rencananya akan menjadi pelaksana aksi teror.

Lintas negara Upaya menangani jaringan terorisme yang telah masuk ke berbagai negara di belahan dunia juga membutuhkan kerja sama lintas institusi dan lintas negara.

Tiap negara saling bekerja sama membangun kekuatan untuk melawan terorisme baik dalam negeri maupun luar negeri.

"Kita bicara soal terorisme itu kan bicara sesuatu yang sangat luas cakupannya. Kita bisa masuk dari berbagai arah dan saat ini dengan teknologi 'cyber' yang sudah digunakan oleh mereka kita sudah menyiapkan juga bagaimana kita bisa mendeteksi itu semua," tutur Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Wiranto.

Menghadapi terorisme selain menghancurkan jaringannya termasuk juga memotong jalur-jalur pembiayaannya.

"Kita terus mengajak semua negara bersama-sama menanggulangi terorisme untuk saling bekerja sama yang erat dan saling memahami kepentingan masing-masing," ujarnya.

Pemerintah Indonesia terus melakukan kerja sama pemberantasan terorisme dengan berbagai negara, seperti Tiongkok dan Iran.

Menko Polhukam RI Wiranto dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop telah membahas tentang penanggulangan terorisme dan penguatan keamanan nasional.

Wiranto mengatakan pihak Australia membantu Indonesia untuk memerangi radikalisme dan terorisme seperti pada penumpasan kelompok teroris Santoso.

Selain itu, diharapkan ada transfer teknologi antara Australia dan Indonesia sehingga masing-masing negara di kawasan dapat mandiri dan bekerja sama dengan baik dalam melawan teroris yang tidak mengenal batas-batas wilayah.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan kedua pihak ingin terus meningkatkan kerja sama dalam penanggulangan tindak terorisme dan cara menanggulangi ekstrimisme.

"Kedua negara saling berbagi informasi dan data intelijen untuk melindungi masing-masing warga negara dari terorisme," tuturnya.

Selain dengan Australia, Menko Polhukam Wiranto dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, sepakat untuk memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme melalui dunia maya.

"Sudah ada kerja sama mengenai pengamanan informasi kedua negara, kemudian ada juga forum konsultasi mengenai keamanan dan pertahanan Indonesia dan Rusia. Itu akan kami tindak lanjuti dengan satu langkah yang lebih konkret," kata Wiranto.

Pada Oktober lalu, Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi menemui Menko Polhukam RI Wiranto untuk membahas upaya penanggulangan terorisme.

"Secara keseluruhan kedua pihak menukar pendapat terkait dengan bagaimana caranya melawan terorisme dan kelompok-kelompok kekerasan," kata Dubes Iran Valiollah Mohammadi di Jakarta.

Dia menuturkan penanganan masalah terorisme yang menjadi ancaman bagi negara, kawasan dan dunia harus dilakukan secara bersama antarnegara.

"Kami sangat percaya bahwa melawan terorisme perlu kerja sama dan bantuan antara berbagai negara," tuturnya. (Antara)




Sumber

Inilah 3 Bukti Kenapa Agus Harimurti Yudhoyono Calon Gubernur Dki Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia...



DKI Jakarta adalah Ibukota Indonesia yang memiliki setumpuk gundukan masalah dan polemik sosial. Jakarta membutuhkan pemimpin yang siap dari berbagai aspek, maka dari itu seorang yang akan menjadi calon Gubernur sebaiknya memiliki pengetahuan luas tentang tata kelola suatu pemerintahan daerah, pengalaman memimpin serta menentukan arah kebijakan yang dinilai krusial dan resisten, sampai kecakapan dalam menyampaikan informasi kepemerintahan baik secara internal maupun eksternal.

Calon Gubernur nomor urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Silviana Murni dianggap tidak siap secara utuh ketika dicalonkan oleh sang peppo sebagai Gubernur. AHY dicalonkan layaknya hembusan angin lewat alias tanpa Persiapan. Berikut bukti AHY tidak siap jadi Gubernur;

Berpengetahuan Dangkal


Menjadi pemimpin tanpa memiliki pengetahuan merupakan saat yang ditunggu-tunngu waktu kehancurannya. Pengetahuan disebut sebagain mesin penggerakan jalannya arah tindakan dan pemikiran karena pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Begitu juga yang dialami AHY, dari teori pengetahuan yang telah disebutkan bahwa AHY merupakan calon yang belum pernah mencicipi kontestasi pilkada apalagi kursi pemerintahan. Jika disandarkan kepada kursi DKI Jakarta maka akan terlalu tinggi melambung levelnya. Pasalnya, si Anak muda ini jangankan menjadi Cagub, menjadi calon kepala desa pun belum pernah dialaminya. Lalu, pengetahuan apa yang ia miliki tentang persoalan pemerintahan? Jawabannya Tentu tidak ada dan nihil. Selanjutnya, Bagaimana jika DKI dipimpin oleh seorang Gubernur yang berpengetahuan dangkal.? Cepat atau lambat kondisi DKI Jakarta akan hancur karena kedangkalan pengetahuan Gubernur.

Berpengalaman Nol

Berlatarbelakang seorang militer tentunya tidak sama sekali memiliki waktu untuk berkecimpung berproses sebagai seorang birokrat atau tata kelola pemerintahan. Karirnya sebagai TNI AD berpangkat menengah bukan modal cukup untuk, jangankan sebagai Gubernur, sebagai calonpun tidak sama sekali layak dan pantas.

Tentu, kita tahu bahwa pengalaman dihasilkan atas proses yang terjadi di lapangan, bermu’amalahdengan sesama manusia dan interaksi sosial.dari hasil tersebut akan memperoleh suatu pelajaran yang dapat diimplementasikan di kemudian hari ketika terjadi hal serupa, sehingga bisa dijadikan landasan atas kesiapan mengahadapi gejala-gejala persoalan masyarakat yang akan muncul di kemudian hari. Maka dapat disimpulkan, bahwasanya AHY dengan segala persiapannya menjadi seorang Cagub DKI Jakarta pada pilkada 2017 dinilai jauh dari kesiapan dari segi pengalaman.

Tidak Cakap Berbicara Soal Jakarta

Sudah lebih dari dua kali stasiuntTelevisi swasta Indonesia mengadakan acara debat terbuka untuk Cagub-Cawagub DKI Jakarta 2017. Ironisnya, pasangan Cagub nomor 1 AHY menolak hadir mengikuti acara tersebut dengan dalih “lebih memilih bertemu rakyat”. Padahal, kehadiran AHY merupakan barometer dan ajang eksis dikenal masyarakat dalam menyampaikan visi-misi serta program kerjanya untuk lima tahun kedepan. Disisi lain AHY terjebak dengan pertanyaan Mba Najwa saat diundang diacara MATA NAJWA yang membuatnya emosi. Oleh karenanya, AHY dianggap telah blunder sebagai Cagub, karena penolakannnya mengikuti debat kandidat dengan pasangan Cagub lainnya.

Kesimpulan dari penjelasan di atas, ketika penolakan AHY untuk mengikuti acara debat kandidat, setidaknya masyarakat DKI Jakarta secara keseluruhan telah memberikan dampak negatif terhadap AHY. Anggapan yang mungkin bisa terjadi bahwa, AHY tidak siap pimpin Jakarta, AHY harus banyak belajar soal Jakarta sebelum menjadi Cagub, AHY tidak cakap berbicara soal Jakartadll.



Jumat, 30 Desember 2016

Terkena Operasi Tangkap Tangan KPK, Bupati Klaten Dipecat PDI Perjuangan




Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memecat Bupati Klaten Sri Hartini yang tertangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tadi pagi, Jumat, 30 Desember 2016. Pemecatan itu tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 211/KPTS/DPP/XII/2016.

"Memutuskan memberikan sanksi organisasi berupa pemecatan kepada Sri Hartini S.E. dari keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," tulis surat keputusan yang ditandatangani oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

Selain itu, PDIP melarang Sri untuk melakukan kegiatan dan menduduki jabatan apa pun yang mengatasnamakan PDI Perjuangan. Keputusan DPP PDI Perjuangan itu kemudian akan dipertanggungjawabkan dalam Kongres Partai selanjutnya. Keputusan itu disahkan per 30 Desember 2016.

Ini bukan kali pertama PDIP memecat kadernya yang terjerat masalah hukum. Sebelumnya, mereka juga memecat mantan anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat, Damayanti Wisnu Putranti. Damayanti ditahan KPK dalam kasus korupsi proyek jalan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.





BREAKING NEWS!!! Forum Mahasiswa Pemuda Lintas Agama (Rumah PELITA) Polisikan Habib Rizieq Karena menghina agama


Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq ke Polda Metro Jaya kembali dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Usai PP-PMKRI dan lembaga Student Peace Institute, kali ini sekelompok orang mengatasnamakan Forum Mahasiswa Pemuda Lintas Agama (Rumah PELITA).

Koordinator Rumah Pelita, Slamet Abidin menuding ucapan Rizieq dalam video yang beredar dapat memecah belah kerukunan antaragama di Indonesia. "Ucapan itu sama saja untuk mengolok-olok agama lain, hal itu tak bisa dibenarkan," tegasnya usai membuat laporan di SPKT Polda Metro Jaya, Jumat (30/12).

Menurut Slamet, perbedaan pandangan tentang keimanan merupakan hal yang wajar. Namun, Slamet menuding perbedaan itu dijadikan sebagai sarana untuk menghina tidak dapat dibenarkan dan perlu mendapat perhatian secara serius dari negara.

"Pada intinya, Rumah Pelita, kecewa dan menyesalkan perbuatan saudara Rizieq karena bertentangan dengan misi agung agama-agama yang membawa damai," katanya.

Dalam laporan ini, Rumah Pelita juga melaporkan penyebar video ceramah Habib Rizieq tersebut atas nama akun twitter @SayaReya.

Seperti diketahui, Habib Rizieq dalam video tersebut menyebutkan 'kalau dia ngucapin Habib Rizieq selamat Natal, artinya apa? Selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan, saya jawab Lam Yalid Walam Yulad, Allah tidak beranak dan tidak diperanakan, kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?'

Dalam laporan nomor LP/6421/XII/2016/PMJ/Dit Reskrimsus tanggal 30 Desember, Habib Rizieq disangkakan dengan Pasal 156A tentang penistaan agama sedangkan pengunggah dan penyebar video tersebut disangkakan dengan Pasal 28 Ayat 2 Juncto Pasal 45 A Ayat 2 UU RI No. 19 Tahun 2016 tentang ITE.




Anak Fandi Sutadi, politikus Partai Gerindra terbukti menyalahgunakan narkoba


Dua pemuda bernama Galih Wira Bumi dan Bramantyo Dwi Arubowo hanya perlu menjalani rehabilitasi medis dan sosial meski terbukti menyalahgunakan narkoba.

Padahal, jaksa penuntut umum (JPU) menuntutnya dengan hukuman enam tahun penjara.

Dalam sidang di Ruang Kartika II Pengadilan Negeri Surabaya kemarin, majelis hakim yang diketuai Sigit Sutriono tidak setuju dengan tuntutan jaksa.

Majelis hakim justru sependapat dengan kuasa hukum dua terdakwa.

Keduanya pun divonis hukuman 16 bulan rehabilitasi.

"Untuk sisa pidana dua terdakwa, wajib dilakukan rehabilitasi secara medis dan sosial. Untuk itu, harus dikeluarkan dari tahanan segera," kata Sigit saat membacakan amar putusan.

Hakim menyatakan bahwa dua terdakwa terbukti menyalahgunakan narkoba.

Namun, lantaran ada rekomendasi dari BNNP Jatim dan dokter Mochammad Arifin, hakim harus mempertimbangkan pasal 127 ayat 2 dan 3 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

''Selain itu, ada pasal 54 yang mengharuskan terdakwa pecandu narkoba direhabilitasi secara medis dan sosial di RSUD dr Soetomo,'' ucap Sigit.

Menurut Sigit, rekomendasi dari dokter Arifin sudah dikeluarkan jauh sebelum Galih dan Bramantyo ditangkap.

Namun, karena membandel, keduanya tidak pernah menjalaninya.

Sepanjang sidang yang dimulai pukul 14.25, Galih terlihat duduk dengan tegang di kursi pesakitan.

Anak Fandi Sutadi, politikus Partai Gerindra, tersebut terus menunduk.

Tangannya tidak pernah lepas menggenggam. Ekspresi berbeda ditunjukkan Bramantyo Dwi Arubowo.

Dia lebih santai. Sesekali dia terlihat memain-mainkan tangan dan kaki.

Vonis hakim itu tidak pelak disambut gembira kuasa hukum terdakwa, Adi Gunawan. Menurut dia, putusan hakim sesuai fakta sidang.
"Sudah sesuai dengan dua keterangan dari saksi ahli yang kami datangkan. Kami puas," terangnya setelah sidang.

Sikap berbeda ditunjukkan jaksa. JPU Irene Ulfa langsung menyatakan banding karena vonis jauh dari tuntutan.

''Kami akan banding Yang Mulia,'' jelas Irene dalam sidang.

Sebelumnya, jaksa menuntut keduanya dengan enam tahun penjara dan denda Rp 800 juta subsider enam bulan kurungan.

Jaksa menjerat terdakwa dengan pasal 112 ayat 1 juncto pasal 132 ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Kasipidum Kejari Tanjung Perak Anggara Surayanagara sempat mengeluhkan keterangan dari Arifin.

Menurut dia, keterangan yang diberikan saat sidang selalu menguntungkan pengguna narkoba.

Ihwal kasus tersebut, Galih dan Bramantyo ditangkap Polsek Pabean Cantian.

Pada 28 Juni 2016 petugas meringkus Rully Kristiawan yang berperan sebagai kurir.

Di celana dalam Rully ditemukan 0,5 gram sabu-sabu. Dia membelinya di Jalan Kenjeran.

Setelah ditangkap, Rully ''bernyanyi'' dengan mencokot nama Galih.

Dia mengaku disuruh Galih membeli sabu-sabu. Mereka hendak mengisap serbuk haram tersebut bersama-sama.

Galih mentransfer Rp 400 ribu kepada Rully. Mereka sepakat bertemu di sebuah warung di Jalan Karang Asem. Namun, polisi lebih dulu membekuknya. (aji/c20/fal/flo/jpnn)




Lambang Negara Dilecehkan!! Dini Hari Menghina Presiden Jokowi, Jelang Siang Dibekuk Polisi





JPNN.Com - Jajaran Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara menangkap seorang pria bernama Jamil Adil yang diduga melakukan tindak pidana penghinaan. Warga Bantaeng di Jalan Kebon Baru, Semper Barat Cilincing Jakarta Utara itu diduga menghina Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kamis (29/12) sekitar pukul 08.30 WIB.

Kapolres Jakarta Utara, Kombes M Awal Chairuddin mengungkapkan, Jamil menghina Presiden Jokowi dan Kapolri dengan cara menuliskan kata-kata makian. Jamil menulis kata-kata kotor itu pada pada tiang tol dan kontainer yang berada di bawah Tol Lanjutan Akses JOR Kebon Baru, Jalan Raya Cakung-Cilincing pada pukul 01.00 dini hari.

“Ada tulisan kata-kata kasar atau makian yang ditujukan pada Presiden dan Kapolri. Bahkan pelaku juga mencorat-coret dengan menyebut teroris ISIS,” ujar Awal Chairuddin, Kamis (29/12).

Sementara Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Yuldi Yusman menjelaskan, pelaku ditangkap tak jauh dari lokasi tempatnya menulis kata-kata makian sekitar pukul 11.00. “Pelaku kita tangkap di jalan raya tak jauh dari TKP (tempat kejadian perkara red),” tutur Yuldi.

Dari tangan tersangka, lanjutnya, polisi menyita barang bukti berupa 1 buah cat semprot kaleng bermerek Diton warna hitam ukuran 300 cc, 2 buah cat semprot kaleng bermerek Acrylic Epoxy ukuran 150 cc, serta satu buah cat semprot kaleng kaleng merek Acrylic Epoxy warna hitam ukuran 85 cc.

“Usai kita tangkap selanjutnya kita lakukan penggeledahan ke rumah yang bersangkutan untuk pencarian barang bukti lain,” tambahnya.

Sementar soal motif pelaku, Polres Jakarta Utara masih mendalaminya. “Untuk maksud dan tujuan serta motif pelaku menulis kata-kata itu masih kita dalami,” pungkas Yuldi.(elf/JPG)





Sumber

FAKTA TERKUAK!!! Semua Saksi Pelapor Ahok Berafiliasi dengan FPI


Penasihat hukum Ahok, Humphrey R Djemat, mengatakan, semua saksi yang akan dihadirkan oleh pelapor terafiliasi dengan Front Pembela Islam (FPI). (CNN Indonesia/Riva Dessthania Suastha)


Jakarta, CNN Indonesia -- Penasihat hukum terdakwa perkara penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Humphrey R Djemat, mengatakan, semua saksi yang akan dihadirkan oleh pelapor di persidangan terafiliasi dengan Front Pembela Islam (FPI).

"Aneh, semua saksi pelapor, 14 orang, berafiliasi dengan FPI," kata Djemat dalam keterangan tertulis.

Menurut Djemat, tidak ada satupun saksi yang dihadirkan pelapor berasal dari warga Kepulauan Seribu. Padahal Ahok diduga menistakan agama saat menyitir surat Al Maidah ayat 51 dihadapan warga Kepulauan Seribu.

"Tidak ada saksi pelapor dari Kepulauan Seribu yang mendengar langsung pidato Ahok," katanya.

Bahkan, kata Djemat, sebelum melaporkan Ahok ke polisi, saksi pelapor sudah berkumpul membahas materi laporan dan kemudian baru menonton videonya. Djemat juga mempertanyakan keterangan saksi pelapor yang mengatakan, mendapat keterangan langsung dari warga Kepulauan Seribu bahwa Ahok diduga menistakan agama.

"Dalam BAP, saya sudah mendapat laporan, SMS dan telepon dari warga Kepulauan Seribu bahwa Ahok benar menista agama dan mereka enggak suka. Anehnya di ujung keterangan, dia bilang semua SMS sudah dihapus. Nanti kami akan tanya dan kami akan cek ke operator selular. Nanti akan kebongkar, apakah dia bohong atau tidak," kata Djemat.

Pertanyakan Rizieq Shihab

Dalam pemeriksaan saksi itu, Djemat menyebut akan mempertanyakan kapasitas Imam Besar FPI Rizieq Shihab sebagai ahli agama ketika penyusunan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepolisian.

”Kami akan tanya sama dia (Rizieq). Saudara diajukan sebagai ahli agama, apakah saudara memang punya kapasitas sebagai ahli agama?" tutur Djemat.

Djemat menilai, Rizieq menggunakan kaca mata kuda dalam melihat kasus Ahok. Rizieq tidak menyukai Ahok, yang juga merupakan calon gubernur DKI Jakarta, sejak dulu sehingga muncul konflik kepentingan.

"Bahkan secara politik, Habib Rizieq sudah mengambil sikap keberpihakannya terhadap calon tertentu," ujarnya.

Sidang pemeriksaan saksi itu akan berlangsung di gedung Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pekan depan, Selasa, 3 Januari 2017, pukul 09.00 WIB.




Habib Rizieq Dilaporkan, Kapolda Metro: Tak Ada yang Kebal Hukum



Jakarta - Polda Metro Jaya memastikan akan menyelidiki kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan menegaskan setiap warga negara, termasuk Rizieq, tidak kebal hukum.

"Di Indonesia tidak ada (yang) kebal hukum," ujar Iriawan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Saat ditanya apakah pihaknya berani untuk memproses hukum Rizieq, Iriawan menjawab, "Kenapa nggak berani? Jangan mancing-mancinglah (pertanyaan)."

Iriawan memastikan pihaknya akan menindaklanjuti laporan dari Pimpinan Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) tersebut. Penyidik, lanjut Iriawan, akan menggelar perkara tersebut sebelum menentukan langkah selanjutnya.

"Kita lakukan penyelidikan dulu. Tentu nanti hasil lidik bagaimana lidiknya nanti akan dilakukan gelar perkara. Dari sana ditentukan bisa ditingkatkan apa tidak, tentu ini kan tidak serta merta," terang Iriawan.

Saat ditanya apakah proses hukum terhadap Rizieq nantinya akan dilakukan seperti terhadap Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Iriawan menjawab diplomatis.

"Kita lihat perkembangan dari hasil penyelidikan. Kalau hasil penyelidikan gelar perkara, ya kita lakukan gelar perkara," pungkasnya.

Sebelumnya, PP-PMKRI melaporkan Rizieq ke Polda Metro Jaya pada Senin (26/12) lalu. Habib Rizieq dilaporkan karena ceramahnya dalam video yang beredar di media sosial, dianggap menistakan agama Kristen.

"Kami melaporkan Habib Rizieq, Fauzi Ahmad, dan saya Reza terkait penistaan agama," kata Ketua Umum PP PMKRI Angelo Wake Kako kepada wartawan di Gedung Pelayanan Satu Atap, Polda Metro Jaya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin 26 Desember.

Laporan PP-PMKRI itu tertuang dalam laporan resmi bernomor polisi TBL/6344/XII/2016/PMJ/Ditreskrimsus. Pada laporan itu, PP PMKRI melaporkan Habib Rizieq, akun Instagram @fauzi_ahmad_fiiqolby, dan akun Twitter @SayaReya.

Ketiganya dilaporkan atas dugaan penistaan agama melalui media elektronik dengan Pasal 156 dan 156a KUHP serta UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE. Pelapor melampirkan bukti-bukti di antaranya softcopy video.

Video tersebut diambil dari ceramah Rizieq di Pondok Kelapa pada Minggu (25/12/2016). Dalam video yang berdurasi 21 detik itu, Rizieq tampak tengah berbicara di depan massa. Dia membahas mengenai ucapan selamat Natal.
(mei/dhn)



Dhani: Saya Tidak Takut dengan Siapapun




Ketika saya sedang istirahat makan sambil membaca berita, tiba-tiba saya menemukan berita di detik.com tentang sang mantan suami dari wanita cantik yang baik hati, dan senyumnya laksana bunga yang mekar dipagi hari wanita itu bernama Maia Estianti, dan mantan itu bernama Ahmad Dhani, hehe..Berita tersebut berisi Ahmad Dhani yang dilaporkan oleh relawan Projo dan Laskar Rakyat Jokowi terkait vido orasi Ahmad Dhani di depan Istana Negara disaat aksi 411.

Didalam pernyataannya yang dimuat di laman detik.com Ahmad Dhani mengatakan “Saya tidak takut dengan siapa pun, termasuk dengan Presiden atau siapa pun. Tapi saya takut ketika saya dibilang melanggar hukum karena saya adalah orang yang taat hukum,” Senin (7/11/2016).

Tidak ada yang salah dengan pernyataan Ahmad Dhani, dan sayapun setuju dengan pernyataan dia, tetapi, bedanya, jika dia takut karena dibilang melanggar hukum karena dia orang yang taat hukum, lain halnya dengan saya, saya takut jika dibilang melanggar hukum, karena saya takut dihukum, karena orang yang melanggar hukum harus dihukum, dari situ saya tidak mau melanggar hukum, hehe.

Jika Amad Dhani tidak nyaman karena disebut melanggar hukum. Tetapi jika saya, tidak nyaman karena jika melanggar hukum bisa-bisa dihukum penjara, kan tidak nyaman hidup di penjara, tidak bisa nonton film di bioskop sambil makan popcorn bersama cewek, terutama tidak bisa karaokean lagi menyanyikan lagu dengan penggalan syairnya “senangnya dalam hati, jika beristri dua”.

Selain menyatakan hal tersebut, Ahmad Dhani juga mengatakan, bahwa bukti video yang digunakan sebagai barang bukti untuk melaporkan dirinya adalah palsu atau editan, dimana pelapor adalah relawan Projo dan Laskar Rakyat Jokowi.

“Mereka melaporkan saya dengan bukti video editan. Jadi saya punya video yang asli nanti akan dibandingkan, jelas kita akan melaporkan karena mereka menggunakan bukti palsu. Pasalnya sedang dicari,” kata mantan suami Maia Estanti ini yang saya kutip dari https://news.detik.com/berita/d-3339175/senjata-ahmad-dhani-lawan-pro-jokowi-sebut-video-palsu-dan-laporkan-balik/3


Saya sependapat dengan Ahmad Dhani lagi, bukti tersebut bukan yang asli, karena yang asli di gadget yang digunakan untuk mengambil video tersebut, dan kemungkinan video yang digunakan oleh relawan Projo dan Laskar Rakyat Jokowi adalah hasil downloadtan dari media sosial.

Ternyata Ahmad Dhani punya video aslinya jadi penasaran, memang asli orasinya seperti apa ya? Yang sudah pernah mendengar aslinya, tolong kasih tahu transkripnya ya.

Tapi bingung juga sih, jika dia tidak merasa mengucapkan hal buruk tersebut , kenapa tidak bereaksi disaat video tersebut beredar, tapi menunggu ada yang melaporkan dia dulu, ah ya sudahlah, mungkin dia sedang sibuk. Jadi teringat acara disalah satu stasiun TV swasta yang berjudul Logika Ahmad Dhani ( kalo tidak salah), ternyata logikanya memang keren, mangkanya sampai dibuat judul tema acara.

Berhubung Ahmad Dhani mengatakan video tersebut editan, jadi penasaran saya cari videonya kurang lebih seperti ini:

“Presiden benar-benar tidak menghargai Habaib dan Ulama, saya sangat sedih sekali dan menangis, mempunyai Presiden yang tidak menghargai Habaib dan Ulama, ingin saya katakan anjing tapi tidak boleh, ingin saya katakan babi tapi tidak boleh” dan seterusnya.

Umpatan tersebut disusul oleh tawa para peserta demo 411, saya jadi bingung katanya sih itu aksi bela agama, tetapi kok ada seruan yang kotor seperti itu ya?jika orang yang awam pasti itu dianggap hal yang buruk, tetapi entahlah, mungkin yang benar adalah Ahmad Dani dengan segala logikanya.

Yuk kita tonton langsung saja, apakah ini editan atau bukan……





Menyedihkan, Facebook Penulis Tulisan Viral “Tuhan Kok Beranak” Kena Blok




Aisha Nurramdhani, penulis artikel Tuhan Kok Beranak yang menjadi viral di sosmed tiba-tiba menghilang di Facebook. Tulisan mbak Aisha sangat inspiratif dan seimbang. Menurut saya, tulisan mbak Aisha dalam menerangkan apa yang secara teologis disebut seorang pemikir Kristen bernama Benjamin B, Wharfield, concurcuss dengan sangat brilian.

Hubungan divine-human yang ada dalam diri Yesus sebagai pribadi Tuhan berinkarnasi, maupun Yesus sebagai Firman Tuhan (kammatulah) diterangkan dengan sangat teliti dan eloquent oleh mbak Aisha yang mengaku sebagai Muslimah NU dalam artikelnya.

Tidak sedikit forward artikel ini ke WA, dan FB dari berbagai macam online blog yang mampir di timeline saya. Dan setelah saya teliti memang ketajaman eksegesis analisis mbak Aisha ini diatas rata-rata dalam menuliskan artikelnya. Dia dapat membahasakan kebenaran yang dia percaya ke dalam kebeneran universal, sekaligus mencari common ground dalam kebenaran universal yang ada dalam kekristenan. Keren.


Sebab itu seharusnya tulisan itu bisa diterima dan disikapi baik Kristen dan Islam dengan baik, dan menjadi pemicu dialog konstruktif dalam membangun toleransi bangsa yang sedang digoyang saat-saat ini.

Ketertarikan saya, membuat saya coba cari ke sumber aslinya, dan menemukan mbak Aisha di facebook dengan alamat : https://www.facebook.com/Aisha.nurramdhani

Saya pun segera berkenalan dengan dia, terus terang saya jadi ingin mengundang dia ke Solo untuk menjadi narasumber dalam suatu dialog agama dan kebangsaan yang sedang saya usahakan. Tapi, seorang teman tiba-tiba WA saya dan mengatakan, “Kesimpulan : sebuah “kebenaran” ternyata menimbulkan ketakutan bagi mereka yang tidak mau menerimanya”

Ternyata maksud dia adalah facebook mbak Aisha sudah diblok oleh Facebook. Saya kemudian langsung cek ke TKP, dan cukup terkejut juga ternyata memang sudah tidak bisa diakses. Mbak Aisha baru sempat approve facebook saya, tapi belum sempat menjawab sapaan saya di messenger.

Bagi yang aktif di medsos khususnya facebook akan paham bahwa memang ada perang melaporkan ke admin Facebook untuk memblok sebuah akun. Sangat kekanak-kanakan tapi realitas itu yang sudah terjadi di lapangan. Mengapa pihak-pihak ini begitu takut dengan tulisan Mbak Aisha?

***

Truth hurts. Kebenaran itu menyakitkan. Menyakitkan bagi yang tidak benar, bukan bagi yang menghidupi kebenaran itu. Tulisan Mbak Aisha ini ternyata menyakitkan bagi pihak-pihak tertentu. Sehingga, mereka dengan repot-repot mengerahkan cyber army untuk memblok facebook ibu muda ini.


Budaya dialog ternyata tidak lagi menjadi budaya yang disukai kelompok-kelompok ini. Tujuan mereka sudah pasti, ganyang semua yang menghalangi. Tak segan-segan mereka khusus mengerahkan pasukan maya untuk mengeroyok seorang wanita, seorang ibu muda lagi.

Budaya malu ternyata sudah tidak ada lagi. Seharusnya tulisan dibalas dengan tulisan sehingga masyarakat bisa mengerti yang sebenarnya. Kalau orang Solo yang tanya, dia akan tanya seperti ini, “sakjane karepmu opo to?” artinya sebenarnya apa yang menjadi niatmu yang sebenarnya.


Budaya otokritik intropekstif yang dilakukan Mbak Aisha adalah budaya yang sangat bagus dikembangkan dinegara bhinneka ini.

Terutama dengan maraknya politisisasi agama, seharusnya semakin banyak dari pihak “internal” agama yang bersangkutan yang terus menyuarakan kebenaran. Karena apabila tidak, pihak agama bersebrangan hanya akan dijadikan obyek bully.

Mungkin pihak facebook akan menghidupkan akun Mbak Aisha lagi, tapi intinya bukan itu. Pesan yang disampaikan jelas-jelas menampar kebhinekaan kita. Ketika tulisan berisi hujatan dan nyinyir dibiarkan hidup bahkan di-spamming-kan, tulisan yang mencerahkan justru membuat repot sang penulis.

Netizen yang waras harus menjalin kekuatan dan menjadi relawan-relawan yang siap menuliskan, dan menyebarkan kebenaran-kebenaran, bahkan harus berperan aktif dalam melawan hoax, dan juga oknum-oknum lebay yang suka menyerang di medsos.

Tulisan kita bisa menjadi bambu runcing untuk melawan penjahat-penjahat media sosial. Dengan semangat kebersamaan itu, semoga lahir Mbak Aisha-Mbak Aisha yang lain yang tidak takut menyuarakan kebenaran yang dipercaya tanpa menyakiti pihak lain yang berbeda keyakinan.

Tuliskan kebenaran, hasilkan perubahan!

Pendekar Solo




Kamis, 29 Desember 2016

MENCENGANGKAN!!! Ini Surat Terbuka Untuk Pak Jokowi Di Medan, Habib Rizieq Serukan Lagi Revolusi...


Bapak Presiden yang terhormat,

Di informasikan,Rabu,28 Desember 2016,Habib Rizieq ,Imam Besar FPI dan penggagas Aksi Bela Islam berkunjung di Medan dan menjadi pembicara utama pada Tabligh Akbar Aksi Bela Islam ,Konsolidasi Nasional Spirit 212 "Menyongsong Kebangkitan Islam" yang diselenggarakan di Mesjid Agung.
Sebagaimana diberitakan Harian Waspada Medan,didepan puluhan ribu ummat islam,Habib Rizieq menyatakan " Apabila Ahok dibebaskan maka akan terjadi revolusi sesuai keinginan Ummat Islam Indonesia".Seingat saya Habib Rizieq (HR) sudah dua kali menyerukan revolusi apabila Ahok si penista agama tidak dihukum.Pertama pada Aksi Super Damai 212 yang juga Bapak hadiri dan berikutnya di Mesjid Agung Medan.

Kata " revolusi" tidak selalu berkonotasi negatif karena salah satu program utama Bapak juga menggunakan kata tersebut yaitu revolusi mental yang bertujuan untuk memperbaiki mental bangsa. Tetapi seruan revolusi HR mengundang interpretasi lain karena revolusi yang dimaksudkannya berhubungan dengan kasus penistaan agama oleh Ahok.Bertitik tolak dari seruannya tersebut akan ada penyebab atau causa terjadinya revolusi yaitu kalau Ahok tidak dihukum.Artinya ada sesuatu yang tersirat ,HR mengajak ummat islam untuk mengadakan revolusi kalau tuntutan tidak dipenuhi.

Belum terlalu jelas apa dan bagaimana konsep Imam Besar FPI tersebut tentang revolusi yang dimaksudkannya.Tetapi karena dikaitkan dengan kasus Ahok tidak salah juga kalau ditafsirkan kalau Ahok tidak dihukum maka HR akan menggerakkan revolusi.Mengingat kata " revolusi " diucapkannya di depan massa serta mengajak massa untuk melakukan tindakan tersebut maka hampir dapat dipastikan revolusi yang dimaksudkannya adalah sejenis revolusi rakyat dengan cara menggerakkan rakyat menuju lokasi tertentu dan memaksa pemerintah atau lembaga hukum untuk mengabulkan tuntutannya

Bapak Presiden Yth,

Berangkat dari gambaran tersebut tidak salah kalau disimpulkan HR ingin memaksakan kehendaknya agar Ahok dihukum.
Sekarang ini proses peradilan Ahok sedang berlangsung dan pada minggu pertama Januari nanti sidang dilanjutkan lagi untuk mendengar keterangan para saksi.

Keterangan para saksi sangat penting artinya bagi hakim karena kesaksian merupakan salah satu bahan penting bagi hakim dalam mengambil keputusan nanti. Muncul pertanyaan apakah mendengar kalimat " revolusi " lalu para saksi akan ketakutan memberi kesaksian yang benar?.Bisa saja para saksi yang dilanda rasa takut menjadi tidak berani menyatakan apa adanya.Bisa juga terjadi saksi tidak takut tapi dia tidak memberikan keterangan yang sebenarnya karena kalau diberikannya keterangan apa adanya yang menyebabkan Ahok tidak dihukum terbayang baginya negeri ini terancam oleh sebuah revolusi.

Karenanya Bapak Presiden diharapkan aparat keamanan dan hukum bisa memberikan pengamanan yang maksimal kepada saksi dan keluarganya.
Selanjutnya tentang majelis hakim yang terhormat.Kita memercayai bahwa majelis hakim yang dihunjuk untuk menangani kasus Ahok ini adalah para hakim terbaik yang punya integritas tinggi dan mencintai republik ini.Tapi pertanyaan yang sama muncul lagi.Karena mendengar kata "revolusi" apakah tidak memberi pengaruh nanti dalam menentukan putusan.

Bapak Presiden Yth,

Saya memang belum pernah membuat survey atau membaca hasil survey orang lain bagaimana kira kira tanggapan rakyat ketika mendengar kata " revolusi".Karenanya saya tidak punya jawaban ,apa yang ada di benak pikiran masyarakat ketika HR meneriakkan kata tersebut.Tetapi berdasarkan pengamatan dari pemberitaan media, ketika ucapan revolusi diserukan,masyarakat yang hadir menyambutnya dengan cukup bersemangat dan penuh antusias.

Point ini menurut hemat saya perlu dicermati dengan lebih mendalam.Apakah antusiasnya masyarakat menyambut kata " revolusi" hanya sebatas sikap terhadap penistaan agama oleh Ahok atau lebih jauh dari itu.Misalnya apakah hal tersebut berkaitan dengan ketidak adilan yang mungkin dirasakan oleh mereka.Atau sebagai bentuk protes tentang keadaan ekonomi masyarakat atau juga berhubungan dengan ideologi negara atau juga mungkin luapan kekurang nyamanan tentang kepemimpinan Bapak disebabkan berbagai berita hoax yang beredar dan sejumlah kemungkinan lainnya.Namun apapun motif mereka menyambut antusias kata " revolusi" seyogianyalah hal tersebut menjadi perhatian kita semua.
Terima kasih Bapak Presiden seandainya punya waktu luang membaca artikel ini.
Salam Persatuan!





Kapolri Pastikan Proses Hukum terhadap Rizieq Dilanjutkan




TEMPO.CO, Bangkalan - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian memastikan proses hukum kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab terus dilanjutkan.

“Kami proses seperti yang lain,” kata Tito setelah memberikan kuliah umum di Universitas Trunojoyo Madura di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Kamis, 29 Desember 2016.

Tito berujar, kasus Rizieq masih pada tahap penyelidikan. Polisi masih meneliti laporan dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Menurut Tito, belum ada tersangka dalam kasus itu. “Masih kami lidik,” ucap Tito tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Rizieq dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat PMKRI Angelo Wake Kako pada Senin, 26 Desember 2016. Pelaporan PMKRI didasari cuplikan ceramah Rizieq di Pondok Kelapa pada Minggu, 25 Desember 2016.

Dalam ceramah yang kemudian beredar melalui video itu, Rizieq mengatakan, “Kalau Tuhan itu beranak, terus bidannya siapa?” Pernyataan Rizieq itu dinilai menistakan agama Katolik.

Selain Rizieq, pemilik akun Instagram @fauzi_ahmad_fiiqolby, Fauzi Ahmad, dan Saya Reya sebagai pemilik akun Twitter @SayaReya dilaporkan.

Pimpinan Pusat FPI berencana melaporkan balik PMKRI. FPI menganggap ceramah Rizieq bukan penistaan agama.