Kamis, 04 Januari 2018

Demi Indonesia Dan NU, Mbak Yenny Wahid, Menolak Pinangan Tiga Partai Pemecah Belah

Tags





Partai Gerindra, PAN dan PKS akan tetap dikenang rakyat sebagai Partai yang menghalalkan segala cara demi tujuan pemenangannya. Apa yang terjadi di Pilkada DKI kemarin, adalah luka dalam yang akan sulit sembuh bagi rakyat Indonesia, Jakarta khususnya.

Untuk apa pesta demokrasi diadakan jika ternyata menggunakan cara dan intrik yang merusak kebhinnekaan. Sudah tau senista itu, ternyata masih saja ada yang menganggap hal itu wajar-wajar saja. Sampai-sampai cara nista itu dianggap efektif juga untuk memenangkan calonnya di daerah lain.


Dan bahayanya anggapan itu seperti tidak hanya sekedar isapan jempol belaka. Tidak lebih di 5 daerah mereka berkoalisi lagi, dan tentunya bagaimana caranya untuk memenangkan calonnya adalah kekhawatarinan tersendiri bagi seluruh Bangsa Indonesia. Itupun tidak menutup kemungkinan kans koalisi tiga partai tersebut akan sampai ke Pilpres 2019, mereka akan melawan Presiden Joko Widodo sebagai incumbent. sumber

Potensi Ketiga Partai Pemecah Ummat di Jawa Timur

Ada dua instrumen untuk menghancurkan Indonesia dari dalam, pertama; rusak alat-alat Negaranya (TNI dan Polri), kedua; "jauhkan" NU dari Indonesia.

Mengenai Jawa Timur dan kedua instrumen tersebut, memiliki cerita yang mendunia, yang kita semua sudah tau. Adalah perang 10 November di Surabaya dan Berdirinya NU di Surabaya, ibu kota Jawa Timur. Lantas, apa hubungannya dengan Pilkada Jawa Timur tahun ini dan sejarah demokrasi Indonesia yang sedang kita ukir bersama ini?

Begini; Jawa Timur menjadi provinsi urutan no dua setelah Jakarta sebagai provinsi yang turut menentukan maju mundurnya Indonesia. Maka jelas, iklim politiknya juga sangat panas. Dan sebagai "rumahnya" NU, Jawa Timur menjadi lumbung suara yang paling menarik, karena segala pusat pergerakan dan politik Indonesia, indikator keduanya adalah Jawa Timur, boleh Jakarta terjajah tapi selagi Jawa Timur masih merdeka, Indonesia akan tetap berdaulat. Begitu kira-kira.

Kita tau bahwa, ambisi ketiga partai itu tidak cukup hanya selesai di Jakarta. Akan tetapi mereka juga menyadari bahwa di Jawa Timur mereka juga tidak punya tokoh yang bisa diajukan, dari lingkaran mereka sendiri. Mereka juga sangat menyadari bahwa, masyarakat Jawa Timur tidak bisa termakan isu-isu SARA.

Alhasil jika mereka tidak mau menurunkan gengsinya dihadapan partai lain yang sudah menentukan pilihannya, mereka mencoba membuat poro baru dengan mengusung Mbak Yenny, putri Gus Dur.

Selain Mbak Yenny memiliki status "super darah biru" di tengah kalangan NU, ia juga menjadi sosok yang sudah lama malang melintang di dunia politik. Bisalah, kalau dia disandingkan dengan orang-orang sekelas Gus Ipul dan Bu Khofifah.


Dilema "El-Clasico" di Pilkada Jawa Timur

Takdir Gus Ipul dihadapkan dengan Bu Khofifah dalam pilkada Jawa Timur adalah bentuk "kepercayaan tingkat tinggi kesadaran politik" oleh para Kiai-kiai NU terhadap Nahdliyin Jawa Timur. Bahwa NU akan tetap solid, tidak bisa terpengaruh oleh kondisi politik yang tidak menentu.

Dan memang terbukti, masyarakat Jawa Timur dalam menyongsong pesta demokrasinya ini, tidak segaduh seperti apa yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta kemarin. Dan potensi kegaduhan Nahdliyin Jawa Timur itulah yang menjadi potensi satu-satunya yang bisa dimanfaatkan tiga partai tersebut, yaitu dengan mengajukan nama Mbak Yenny Wahid.

Tapi beruntunglah Mbak Yenny lebih panjang berfikirnya, demi Indonesia dan demi keluarga NU, Mbak Yenny dengan hormat menolak pinangan tiga partai tersebut.

"Tawaran tersebut saya pertimbangkan dengan matang, tetapi kami keluarga Gus Dur meyakini punya tugas sejarah untuk menjaga bangsa ini dan memastikan keluarga NU (Nahdlatul Ulama) tidak pecah,"

Mbak Yenny mengimbuhkan, sebagai anggota keluarga Gus Dur (Abdurrahman Wahid), dirinya diminta untuk tidak masuk dalam kontestasi yang sedang berlangsung. Ia pun berterima kasih kepada Prabowo karena telah menawarinya untuk maju di Pilkada Jawa Timur.

Ia mengaku sangat menghormati mantan Komandan Jenderal Kopassus itu meski menolak tawaran Prabowo. Menurutnya, Prabowo merupakan sosok dengan visi yang jauh ke depan.

"Sejak saya kenal beliau (Prabowo), visinya sangat jauh ke depan, beliau punya gagasan besar untuk Indonesia," tutur Yenny. sumber

Rahayu!




Artikel Terkait


EmoticonEmoticon