Sabtu, 03 Desember 2016

Bukti Provokator 212 Gagal dan Rugi Bandar




Pada aksi 212 ini memang ada yang lain. Rugi Bandar. Saya melihat ada beberapa tujuan penting dalam sebuah aksi dan kemudian terjadi perbedaan pada targetnya di lapangan. Pada aksi 411, Presiden Jokowi dihujat penakut dan kabur. Ancaman menduduki Istana dan DPR berkali-kali diucapkan oleh pimpinan demo. Duo minion DPR Fahri dan Fadli hadir di tengah-tengah massa, bahkan berjanji akan membukakan pintu DPR jika Jokowi tak menemui demonstran. Kalaupun Jokowi gagal dilengserkan, namun nama dan citranya juga semakin buruk karena banyak massa yang diprovokasi oleh pimpinan aksi.

Namun pada aksi 212, semua yang terjadi pada 411 itu jadi terbalik. Presiden Jokowi dipuji karena dinilai memiliki nyali untuk menerobos hujan menemui massa 212. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa massa juga ikut mengelukan dan menyanjung kedatangan Presiden Jokowi. Kemudian tidak ada lagi yang berani mengancam akan menduduki istana dan DPR lagi, termasuk Rizieq. Sementaa entah kebetulan atau memang kabur, duo minion DPR sedang berada di luar negeri. Tak nampak juga yang namanya Amien Rais. Dan Dhani yang pada 411 berhasil naik panggung dan memprovokasi massa, sudah ditangkap pada dinihari sebelum aksi dimulai.

Aksi 212 pun berjalan damai dan pulang dengan tertib. Tak ada polisi yang menjadi korban tertusuk bambu runcing seperti pada 411, tak ada juga kesan negatif tentang ummat Islam yang melempari botol minuman pada polisi yang sedang berdzikir. Tak ada bakar-bakar mobil polisi. Tak ada gas air mata yang ditembakkan. Semua tertib sesuai kesepakatan antara GNPF dan Kapolri. Selesai jam 1 siang dan massa membubarkan diri. Hal ini juga berbanding terbalik dengan aksi 411.

Provokator tak dianggap

Jika mantan tak dianggap, segala tipu daya dan upayanya menjerat kita tak akan merugikan materi. Mungkin hanya sedikit sakit hati. Tapi kalau provokator yang tak dianggap, ini adalah misi gagal yang terancam penjara dan jasanya tidak dibayar oleh penyandang dana.

Pada pukul 10:00 siang, saat massa 212 sudah banyak berkumpul, ada seorang provokator yang melempari massa dengan batu. Saat massa menoleh, ternyata dia malah mengacungkan golok. Beruntung hal ini langsung diketahui oleh Prada Ali Maksum dari Batalyon Polisi Militer TNI Angkatan Darat, sehingga kemudian si provokator ini ditangkap. Belakangan baru diketahui dia tidak hanya membawa golok, tapi juga miras, ingat ya bukan equil.

Sementara itu, saat massa sedang membubarkan diri, ada juga seorang provokator yang berorasi di atas bak mobil terbuka. “Ayo kawan-kawan, kita duduki Gedung DPR. Pemerintahan Jokowi telah menyengsarakan kita semua, takbir!” katanya. Namun tak seorang pun menjawab, massa memilih membubarkan diri sambil foto-foto selfie. Ini terjadi di Cikini. Adapun mobil yang digunakan adalah Suzuki Carry bak terbuka dengan nomor polisi B 9696 TUA. Dia coba melawan arah, namun gagal menembus massa yang sedang membubarkan diri, sehingga mobil tersebut juga memutar balik sambil terus berorasi dengan kalimat yang sama. Hahhaha tak dianggap.

Rugi Bandar

Segala kegagalan dalam aksi 212 ini memang sangat menyakitkan bagi donaturnya. Ditambah 10 provokator pelaku makar dan penghina Presiden juga sudah ditangkap Polisi. Gagal total.

Salah satu indikasi kuat bahwa memang ada yang #RugiBandar adalah serangan-serangan terhadap saya dan seword.com ini. Pada aksi 411, sedikitpun tak ada serangan pada seword, sehingga web ini online lancar dan pembaca dapat mengakses secara cepat. Akun sosial media saya, facebook dan twitter, juga tak ada masalah. Hanya sedikit saja komentar provokatif yang tak saya tanggapi, itu biasa dan normal.


Namun pada aksi 212, facebook saya sudah tidak bisa lagi memposting link tulisan karena dianggap spam. Kemudian ada puluhan inbox meminta agar beberapa postingan saya dihapus oleh facebook. Jadi kalau saya memaksa posting link tulisan, tak ada orang yang bisa melihat. Ini yang kemudian membuat saya membuat fanspage. Di twitter @Pakar_Mantan, ada puluhan akun kloningan yang saling follow juga secara bersamaan menyerang akun saya dengan mention-mention provokatif. Mengedit foto saya sedemikian rupa. Meskipun tak saya tanggapi, tapi kejadian kemarin itu tergolong baru. Sepanjang saya punya twitter, baru kemarin ada yang menyerang begitu massif, bersamaan dan senada.



Seword.com juga diserang habis-habisan. Ada dua kali serangan ddosh dalam sehari. Pada jam 15:00 sampai 18:00 dan jam 20:00 sampai 23:00. Mereka sepertinya sedang mengambil paket 3 jam-an untuk menyerang web ini. Total ada 345,368 IP attack dengan 14,8 juta request. Padahal serangan terbanyak dalam sehari yang pernah dialami seword hanya 5,000 IP dengan 5 juta request.

Saat saya tanyakan pada IT seword, berapa kira-kira dana yang mereka keluarkan untuk menyerang web ini? Jawabannya beragam. Kisaran $20,000 sampai $100,000 perjam. Ingat ya, perjam. Mereka menyerang 6 jam hari kemaren saja. Sementara kemarin lusa juga ada serangan meski tak sebanyak itu.

Jadi kalau ada yang mengklaim aksi kemarin tak ada donatur dan murni niat sendiri, mungkin mereka sedang ingin melindungi para donaturnya. Terlepas dari apapun yang sebagian orang yakini, faktanya seword diserang. Berbeda dengan aksi 411. Kalau ada yang bertanya kenapa? Jawabannya pasti karena aksi 212 ini tak sesuai dengan harapan. Rugi Bandar. Pikirkan saja, siapa yang mau keluar duit sebanyak itu hanya untuk mematikan web ini? kalau bukan orang-orang yang stress karena aksinya gagal, sementara logistik yang sudah banyak dikeluarkan tak mendapatkan hasil sesuai ekspektasi. Kalaupun angka minimum $20,000 perjam, mereka harus keluarkan $120,000 sehari kemarin atau lebih dari 1.2 milyar rupiah. Kalau mereka beli paket maksimum $100,000 perjam, berarti $600,000 atau lebih dar 6 milyar rupiah yang harus mereka bayarkan hanya untuk membuat web ini down sementara. Gendeng! Tapi saya curiga mereka beli paket maksimum, sebab seword tidak hanya down atau offline, tapi database nya pun berkali-kali dibuat eror.

Menurut IT seword, detail biaya penyerangannya juga bisa dihitung perbotnet adalah $5 sampai $20. 1 botnet adalah 1 request. Jadi kalau kemaren ada request 14,8 juta kali, tinggal dikalikan saja dengan biaya termurah $5. Namun memang tak semua 14,8 juta kali itu botnet, karena tidak terdeteksi secara detail. Pada intinya, minimal mereka menghabiskan $20,000 perjam untuk menyerang seword ini. Sementara mereka menyerang 6 jam. Gendeng! tapi ini membuat saya berpikir, wajar saja ada yang pernah berani bayar 10 milyar untuk membeli web ini.

Terakhir, sengaja saya berikan detail hitung-hitungannya. Supaya donatur sapi-sapian yang kemarin membayar orang untuk menyerang web ini jadi tau bahwa pasukan kalian sudah bekerja dengan baik. Tapi sayangnya itu tak akan sedikitpun mengubah fakta bahwa kalian gagal memprovokasi dan Jokowi malah disanjung oleh masyarakat. Sudahlah tak perlu sok imut mengatakan tak ada yang mendanai, untuk apa uang sebanyak itu kalian bayarkan hanya untuk menyerang seword kalau tak ada tujuan jahat.

Begitulah kura-kura.






Artikel Terkait


EmoticonEmoticon